TEMPO.CO , Taipei - Rencana Foxconn Technology Group untuk menanamkan modal di Indonesia tak berlangsung mulus. Produsen komponen elektronik asal Taiwan ini sempat bernegosiasi cukup panjang dengan Kementerian Perindustrian, sebelum kemudian digandeng pemerintah DKI Jakarta melalui Gubernur Joko Widodo atau Jokowi.
Menurut sumber itu, Foxconn harus bernegosiasi dengan empat kementerian. Kebingungan itu semakin menjadi-jadi karena keempat kementerian itu menyampaikan informasi yang berbeda-beda. "Kami tak bisa pergi hingga jelas, siapa sebenarnya yang membuat kebijakan di Indonesia," kata dia seperti dikutip pada Jumat, 25 April 2014.
Sumber itu tidak menyebutkan empat kementerian yang dia maksudkan. Tetapi lembaga negara yang intens berurusan dengan investasi Foxconn adalah Kementerian Perindustrian. Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi, Budi Darmadi, mengatakan pemerintah tidak menghalangi investasi Foxconn. "Kami rasa Foxconn tidak perlu menunggu pemerintahan baru untuk merealisasikan investasi, tak perlu menunggu hingga Oktober," begitu kata Budi saat dimintai konfirmasi. (Baca juga : Menteri Hidayat Minta Kepastian Foxconn).
Sebelumnya diberitakan, Foxconn kemungkinan memulai pembangunan pabrik di Indonesia pada Oktober 2014. Investasi senilai US$ 1 miliar tersebut bakal terwujud setelah Indonesia memiliki pemerintahan baru. Foxconn juga mengaku telah mengantongi jaminan insentif dari pemerintah Indonesia berupa potongan harga untuk properti (kemungkinan dalam bentuk pengurangan biaya sewa lahan) dan pemangkasan pajak untuk sementara waktu. (Baca juga : Siapa Pembawa Foxconn ke Jokowi?).
Foxconn adalah produsen komponen elektronik berbasis kontrak terbesar di dunia. Pada Februari 2014, perusahaan ini meneken kesepakatan investasi dengan pemerintah Jakarta, melalui Gubernur Joko Widodo atau Jokowi. Foxconn kabarnya mendapat lahan di Kawasan Berikat Nusantara Marunda Jakarta Utara untuk membangun pabrik. Pembangunan pabrik di Indonesia menjadi bagian dari upaya Foxconn untuk mendongkrak angka penjualan hingga US$ 333,3 miliar dalam satu dekade ke depan.