TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Chatib Basri memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir tahun ini hanya sebesar 5,8 persen. Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan estimasi pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2013 sebesar 5,9 persen.
"Dengan melihat impor nonmigas masih tinggi, kemungkinan growth sampai akhir tahun sekitar 5,8 persen," kata Chatib saat ditemui di Kementerian Keuangan, Jumat, 1 November 2013.
Chatib mengatakan, defisit neraca perdagangan saat ini memang sudah mencapai US$ 600 juta, jauh lebih kecil dari yang diestimasikan pemerintah sekitar US$ 1 miliar. Namun, dengan situasi tersebut, ia memperkirakan defisit transaksi berjalan masih di bawah 4,4 persen pada kuartal ketiga nanti. "Defisit neraca transaksi berjalan kita baru di bawah 3 persen pada 2014 nanti, jadi trennya memang mengalami penurunan terus," ujarnya.
Sebab, kebutuhan impor terutama barang modal dan bahan mentah masih terus menjadi kebutuhan Indonesia yang sejalan dengan target pertumbuhan investasi. Dengan kondisi tersebut, ia memperkirakan inflasi hingga akhir tahun juga tak melebihi 9,2 persen. Asalkan, kebijakan untuk menjaga perekonomian bisa dilaksanakan secara stabil.
"Yang penting adalah policy yang dilakukan kemarin sudah mulai berjalan, tapi harus terus, dan ada second round," ujarnya.
Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel
14 hari lalu
Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel
Ekonom sekaligus Pendiri Indef Didik J. Rachbini mengingatkan pemerintah Indonesia, termasuk Presiden terpilih dalam Pilpres 2024, untuk mengantisipasi dampak konflik Iran dengan Israel.