Indonesia Diminta Waspada Jebakan Kelas Menengah  

Reporter

Editor

Zed abidien

Kamis, 13 September 2012 15:41 WIB

Suasana sebuah pusat perbelanjaan yang masih relatif sepi pengunjung di Jakarta Selatan, Selasa (21/8). ANTARA/M Agung Rajasa

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Rahayu meminta pemerintah tidak terlalu terlena dengan pertumbuhan masyarakat kelas menengah saat ini. Berdasarkan pengalaman negara lain, pertumbuhan kelas menengah ini dikhawatirkan malah bisa menjadi jebakan bagi negara tersebut.

"Negara itu nantinya sulit tumbuh ke tingkat berikutnya, jadi hanya bisa sampai kelas menengah," ujar Destry ketika menyampaikan paparan Outlook Makro Ekonomi di Jakarta, Kamis, 13 September 2012.

Ia mencontohkan Filipina, yang telah berstatus negara kelas menengah sejak tahun 80-an. Perkembangan tingkat masyarakat yang cukup signifikan inilah yang membuat Asian Development Bank menempatkan kantor pusatnya di sana. Tetapi, jika dilihat keadaannya saat ini, kondisi Indonesia malah lebih baik ketimbang Filipina.

Hal ini dikarenakan pertumbuhan ekonomi di Filipina saat itu tidak disertai usaha lain seperti inovasi, pengembangan teknologi, serta peningkatan pendidikan masyarakatnya. Indonesia saat ini bersituasi kurang lebih sama seperti Filipina. Jika pemerintah tidak mengupayakan hal-hal tersebut, bukan tidak mungkin Indonesia akan terjebak di kelas menengah saja.

Ciri-cirinya, menurutnya, sudah terlihat dengan posisi kualitas Sumber Daya Manusia yang masih relatif rendah dibanding negara ASEAN lainnya. Berdasar data UNDP, Indonesia saat ini masih berada di peringkat 108 jauh di bawah Malaysia yang berada di peringkat 57.

Belum lagi jika dilihat dari proporsi pekerja lulusan universitas terhadap total pekerja. Berdasar data ILO, baru sebanyak 7 persen total pekerja yang merupakan lulusan universitas. Lebih rendah dibanding Thailand yang sebanyak 17 persen, bahkan Filipina yang sebanyak 29 persen.

Tetapi, ada juga contoh negara yang berhasil mengatasi jebakan kelas menengah yaitu Korea Selatan. Menurutnya, tahun 80-an Korea Selatan posisinya sama dengan Filipina. Namun, negara tersebut melakukan inovasi dan pengembangan teknologi besar-besaran hingga bisa menjadi negara dengan masyarakat berpendapatan tinggi saat ini.

Ia menekankan, pemerintah harus lepas dari jebakan ini dengan memperbaiki tiga hal yang masih menjadi kekurangan, yakni menggenjot pasar tenaga kerja untuk menghasilkan sumber daya berkualitas, pengembangan teknologi agar semakin banyak industri bernilai tambah, "Dan terakhir adalah infrastruktur harus terus dibangun," kata dia.

GUSTIDHA BUDIARTIE


Berita terkait

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

26 menit lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

14 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

4 hari lalu

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.

Baca Selengkapnya

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

4 hari lalu

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

5 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

6 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

7 hari lalu

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

Sri Mulyani menekankan pentingnya peningkatan kualitas SDM, baik pada bidang pendidikan maupun kesehatan sebagai fondasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

8 hari lalu

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

Pertumbuhan ekonomi Indonesia terancam turun menjadi di bawah 5 persen karena dampak konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

10 hari lalu

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Ekonom sekaligus Pendiri Indef Didik J. Rachbini mengingatkan pemerintah Indonesia, termasuk Presiden terpilih dalam Pilpres 2024, untuk mengantisipasi dampak konflik Iran dengan Israel.

Baca Selengkapnya

ADB Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Pasifik Mencapai 4,9 Persen Tahun Ini, Apa Saja Pemicunya?

17 hari lalu

ADB Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Pasifik Mencapai 4,9 Persen Tahun Ini, Apa Saja Pemicunya?

ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia dan Pasifik bakal mencapai angka rata-rata 4,9 persen pada tahun ini.

Baca Selengkapnya