Pertumbuhan Ekonomi Asia Timur Menurun  

Reporter

Editor

Kamis, 28 Juli 2011 11:12 WIB

Menteri perdagangan Mari E Pangestu berbicara mengenai kondisi krisis dunia di KTT Ekonomi Asia ke-4, di Hong Kong, (8/12). Foto: ANTARA.Ahmad Wijaya

TEMPO Interaktif, Jakarta - Asian Development Bank (ADB) memperkirakan pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Asia Timur tahun ini akan mengalami penurunan. Hal ini akan terus berlanjut hingga 2012. Pertumbuhan yang menurun terjadi setelah pada tahun 2010 lalu pertumbuhan ekonomi sempat menguat.

Dalam Laporan Asia Economic Monitor yang terbit Kamis 28 Juli 2011, ADB mengatakan penurunan ini terjadi karena otoritas keuangan di negara-negara Asia Timur terus berusaha mengendalikan inflasi dan negara-negara ekonomi maju berusaha menyokong pemulihan ekonomi yang lemah.

Laporan tersebut memperkirakan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) di negara-negara berkembang di Asia Timur akan tumbuh secara agregat sebesar 7,9 persen pada tahun 2011 dan turun menjadi 7,7 persen pada 2012. Sebelumnya, pada 2010 pertumbuhan PDB secara agregat mencapai 9,3 persen.

”Pertumbuhan ekonomi akan menurun di sebagian besar negara-negara Asia Timur yang sedang berkembang pada saat otoritas di negara-negara tersebut secara perlahan mengurangi upaya-upaya stimulus fiskal dan memperketat moneter untuk menghadapi naiknya inflasi,” kata Iwan Jaya Azis, Kepala Kantor Integrasi Ekonomi Regional ADB, yang mengeluarkan laporan ini.

Menurut Iwan, langkah tersebut sebenarnya suatu hal yang baik untuk mencegah perekonomian di negara-negara yang lebih kuat, misalnya Cina, agar tidak terlalu memanas atau overheat.

Laporan tengah tahunan ini menganalisis perkiraan pertumbuhan ekonomi dari 10 negara anggota ASEAN, RRC, Hongkong Cina, Republik Korea dan Taipei, Cina.

Pertumbuhan ekonomi di Cina diproyeksikan turun menjadi 9,5 persen pada kuartal kedua 2011 setelah tumbuh 9,7 persen pada kuartal pertama. Lemahnya ekonomi di luar Cina dan pengetatan moneter diperkirakan akan menurunkan pertumbuhan Cina ke tingkat yang lebih berkelanjutan sebesar 9,6 persen untuk sepanjang tahun 2011 dan 9,2 persen pada 2012.

Perekonomian di kawasan industri baru seperti Hong Kong, Cina; Republik Korea dan Taipei, Cina yang sangat tergantung pada perdagangan diperkirakan juga akan kembali tumbuh pada tingkat yang lebih berkelanjutan karena melemahnya lingkungan eksternal yang mengakibatkan turunnya ekspor.

Pertumbuhan ekonomi di tiga negara ASEAN yang berpendapatan menengah, Malaysia, Filipina, dan Thailand, akan turun karena melemahnya permintaan ekspor dan kebijakan pengetatan moneter.

Berbeda dengan negara lainnya, Indonesia tidak akan mengikuti tren penurunan tersebut karena kuatnya permintaan domestik yang akan mendorong pertumbuhan sebesar 6,4 persen pada 2011, lebih tinggi dari angka pertumbuhan tahun 2010 sebesar 6,1 persen.

Laporan ADB tersebut menyoroti risiko meningkatnya inflasi yang menyebabkan naiknya upah yang bisa membahayakan pertumbuhan kawasan ini. Risiko lainnya bagi pertumbuhan adalah pemulihan di Jepang yang lebih rendah dari perkiraan semula dan masalah utang di Amerika dan kawasan Euro yang belum terselesaikan, meningkatnya gejolak pasar keuangan, dan masuknya arus modal yang bisa memicu ketidakstabilan.

Laporan ini juga memuat satu bab khusus tentang bagaimana otoritas keuangan bisa menangani inflasi akibat naiknya harga komoditas. Bab ini mengusulkan bahwa pendekatan yang pragmatis terhadap berbagai kebijakan bisa membantu pemerintah mengelola dampak inflasi akibat gejolak perubahan harga komoditas yang terus terjadi. Laporan ini juga menyebutkan bahwa nilai tukar yang lebih fleksibel bisa mengatasi dampak harga komoditas di tingkat global terhadap pasar domestik.

IQBAL MUHTAROM

Berita terkait

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

1 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

3 hari lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

4 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

8 hari lalu

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.

Baca Selengkapnya

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

8 hari lalu

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

8 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

10 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

11 hari lalu

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

Sri Mulyani menekankan pentingnya peningkatan kualitas SDM, baik pada bidang pendidikan maupun kesehatan sebagai fondasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

12 hari lalu

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

Pertumbuhan ekonomi Indonesia terancam turun menjadi di bawah 5 persen karena dampak konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

14 hari lalu

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Ekonom sekaligus Pendiri Indef Didik J. Rachbini mengingatkan pemerintah Indonesia, termasuk Presiden terpilih dalam Pilpres 2024, untuk mengantisipasi dampak konflik Iran dengan Israel.

Baca Selengkapnya