Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Dinilai Jelek  

Reporter

Editor

Kamis, 12 Mei 2011 15:23 WIB

REUTERS/Beawiharta

TEMPO Interaktif, Jakarta - Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri menyebutkan kualitas pertumbuhan ekonomi Indonesia belum sesuai harapan. Meski pada triwulan pertama Pendapatan Domestik Bruto (PDB) tumbuh 6,5 persen, angka ini belum bisa menunjukkan bahwa keadaan ekonomi membaik.

“Pertumbuhan ekonomi belum mampu meningkatkan kesejahteraan dan menyerap lapangan kerja,” ujar Faisal, Kamis, 12 Mei 2011.

Sektor yang pertumbuhannya pesat menurut Faisal bukanlah sektor yang berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat, misalnya sektor pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh 13,8 persen. Sektor perdagangan hotel dan restoran tumbuh 7,9 persen, sedangkan untuk sektor yang berbasis sumber daya alam dan daya serap tenaga kerja besar pertumbuhannya belum signifikan. “Padahal kan pertumbuhan bisa jauh lebih pesat kalau sektor yang berkembang itu berpengaruh luas pada masyarakat,” ujarnya.

Selain itu, dia mengkritisi masih rendahnya belanja pemerintah. Padahal, jika dibanding belanja pemerintah tahun lalu yang minus, pertumbuhan belanja pemerintah bisa lebih besar tahun ini. Pengeluaran pemerintah pada triwulan I yang hanya 3 persen, kata Faisal, tidak berarti apa-apa. Padahal, tahun lalu pertumbuhan belanja pemerintah minus 46,6 persen. “Ini sama artinya dengan pemerintah tidak bekerja,” katanya.

Menurut Faisal, meski pengangguran turun menjadi hanya 6,8 persen dari 7,4 persen Februari tahun lalu, tidak berpengaruh signifikan. Justru peningkatan angkatan kerja terjadi pada angkatan kerja paruh waktu dan separuh mengganggur. Atas alasan itu, pertumbuhan tidak berhasil pada penyerapan tenaga kerja. “Pertumbuhan yang ada tidak berkualitas,” katanya.

Angka pertumbuhan ekonomi di atas target pemerintah yang hanya 6,4 persen, menurutnya, belum bisa disebut sebagai prestasi. Pasalnya, target pertumbuhan 6,4 persen adalah angka yang sangat rendah yang pasti tercapai. “Kalau mau pemerintah harusnya berani di atas 7 persen,” katanya.

Menurut Faisal, kacaunya kebijakan ekonomi dan industri juga menjadi penyumbang lambatnya pertumbuhan ekonomi. “Sebetulnya kita bisa tumbuh lebih tinggi kalau pemerintah beres,” ujarnya.

IRA GUSLINA

Advertising
Advertising

Berita terkait

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

1 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

3 hari lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

3 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

7 hari lalu

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.

Baca Selengkapnya

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

8 hari lalu

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

8 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

9 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

11 hari lalu

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

Sri Mulyani menekankan pentingnya peningkatan kualitas SDM, baik pada bidang pendidikan maupun kesehatan sebagai fondasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

11 hari lalu

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

Pertumbuhan ekonomi Indonesia terancam turun menjadi di bawah 5 persen karena dampak konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

14 hari lalu

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Ekonom sekaligus Pendiri Indef Didik J. Rachbini mengingatkan pemerintah Indonesia, termasuk Presiden terpilih dalam Pilpres 2024, untuk mengantisipasi dampak konflik Iran dengan Israel.

Baca Selengkapnya