TEMPO.CO, Jakarta - Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) memutuskan menaikkan suku bunga acuan (Fed Fund Rate) 25 basis poin (bps) dari sebelumnya 0,75 persen menjadi 1 persen, Rabu waktu setempat, 15 Maret 2017.
Seperti dilansir dari Reuters, kenaikan itu merupakan kedua kalinya dalam kurun waktu tiga bulan terakhir. Pengambilan keputusan itu di antaranya didorong pertumbuhan ekonomi Amerika yang stabil, data lapangan pekerjaan yang membaik, serta keyakinan angka inflasi akan mencapai target yang disasar The Fed sebesar 2 persen.
Kenaikan Fed Fund Rate 25 bps juga disebut sebagai salah satu langkah paling meyakinkan untuk mengembalikan kebijakan moneter Amerika ke arah yang lebih normal. Selain itu, kenaikan ini sejalan dengan janji kampanye Presiden AS Donald Trump kala itu yang menginginkan suku bunga acuan Amerika disesuaikan lagi agar lebih kompetitif.
Baca: Akhirnya, The Fed Putuskan Kenaikan Suku Bunga 0,25 Persen
Kenaikan suku bunga acuan lanjutan disebut akan dilakukan secara bertahap. Pada tahun ini, The Fed memandang akan menaikkan Fed Fund Rate dua kali lagi dan tiga kali pada 2018 mendatang.
Sementara itu, kenaikan Fed Fund Rate telah menjawab ekspektasi dan harapan pelaku pasar. Kenaikan ini telah diperkirakan sebelumnya sehingga diharapkan tidak terlalu menimbulkan efek kejut (shock) di pasar sebagai imbas keputusan itu.
"Semoga kenaikan ini menjadi sentimen yang mengurangi ketidakpastian selama ini serta memberikan arah yang jelas bagi IHSG, rupiah, dan pasar obligasi," ujar Analis Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, dalam keterangan tertulis, Kamis, 16 Maret 2017.
Simak: PT Indosat Tbk Bukukan Laba Bersih Rp 1,1 Triliun
Reza berujar The Fed tampak yakin terhadap perbaikan dan pemulihan ekonomi di Amerika, terutama dari sisi consumer spending dan ketenagakerjaan. "Meskipun juga mencermati efektivitas dan realisasi atas kebijakan-kebijakan dari Presiden Trump," ujarnya.
Reza menambahkan, nasib rupiah, IHSG, dan pasar obligasi juga diprediksi cenderung stabil, dengan catatan tidak dilakukan spekulasi yang memanfaatkan sentimen yang ada. Menurut dia, pelemahan yang sempat terjadi beberapa hari terakhir juga dapat dikurangi.
Reza menuturkan masyarakat harus percaya kepada pemerintah, yang bekerja sama dengan Bank Indonesia serta instansi terkait lain untuk mengantisipasi kondisi ini. "Jangan terlalu lebay menganggap aliran dana asing akan hengkang hanya karena kenaikan Fed Fund Rate 25 bps," kata dia.
Sejumlah instrumen keuangan dalam negeri pun telah disiapkan dan diantisipasi untuk menghadapi kenaikan ini. Sehingga kenaikan ini telah diprediksi sebelumnya dan sesuai dengan ekspektasi pasar. "Maka tidak perlu seolah-olah panik dengan melakukan aksi massive sell-off," ucapnya.
GHOIDA RAHMAH