TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, mengatakan realisasi konversi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) berjalan lambat.
Progres ini jalannya pelan sekali," kata dia di acara Natural Gas Vehicles (NGV) & Infrastructure Indonesia Forum & Exhibition hingga yang ke-11, di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Selasa, 14 Maret 2017.
Jonan mengatakan pembahasan mengenai konversi sudah berlangsung saat dia masih menjabat sebagai Menteri Perhubungan. Ia mengatakan pernah bertemu dengan Gaikindo membahas konversi. Saat itu ia diundang Menteri ESDM, Sudirman Said.
Baca : Dua Bos Freeport Datangi Kementerian ESDM
Jonan mengatakan konversi BBM ke BBG harus segera dilakukan karena menghasilkan banyak manfaat. Salah satunya adalah harga gas yang lebih murah. Tugas pemerintah saat ini yaitu menentukan harga jual gas bisa bersaing dengan harga BBM.
Ia mengatakan masyarakat tak akan tertarik konversi tanpa harga yang murah. "Harus 30 sampai 40 persen lebih murah. Kalau enggak segitu, nggak minat," kata dia.
Alasan lainnya adalah membantu menjaga dunia dengan penggunaan energi yang lebih bersih. Penggunaan gas sejalan dengan komitmen Indonesia untuk mengelola perubahan iklim dunia.
Baca : Menteri Jonan Siapkan Permen Dorong Konsumsi Gas
Penggunaan gas juga akan membantu pemerintah mengurangi subsidi bahan bakar. Jonan memperkirakan pengurangan dana subsidi sebesar Rp 10-15 triliun dengan konversi BBG. Ia mengatakan Pertamina sebagai penyedia BBM bersubsidi pun akan diuntungkan. "Nggak ribut soal subsidi lagi," katanya.
Jonan mengatakan Indonesia memiliki produksi gas melimpah. Saat ini rata-rata produksi mencapai 1,4-1,6 juta barel setara minyak per hari.
VINDRY FLORENTIN