TEMPO.CO, Jakarta - Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menargetkan mampu memfasilitasi pembiayaan kepada industri kreatif hingga Rp 500 miliar pada tahun ini melalui skema pembiayaan perbankan.
Hingga saat ini, Bekraf tercatat telah menjalin kerja sama dengan sejumlah bank pelat merah antara lain PT Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah, PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah, dan PT Mandiri Tbk. Dalam waktu dekat, Bekraf dijadwalkan melakukan penandatanganan nota kesepahaman dengan PT BNI Tbk. dan PT BRI Tbk.
“Bekraf memang tidak memiliki kewenangan untuk menyalurkan dana langsung kepada pelaku industri kreatif, tetapi kami berkewajiban untuk mendekatkan pelaku industri dengan perbankan melalui penyelenggaraan Bekraf Financial Club [BFC],” kata Deputi Akses Permodalan Bekraf Fadjar Utomo di Jakarta, Rabu (22 Februari 2017).
Rencananya, kegiatan ini akan diadakan di sejumlah kota antara lain Jakarta, Yogyakarta, dan Bandung untuk mempertemukan pelaku industri dengan perbankan. Dirinya mengungkapkan selama ini perbankan bukan tidak berminat kepada industri kreatif, tetapi informasi mengenai kegiatan bisnis ini memang terbilang cukup terbatas.
Mengutip data Bank Indonesia, penyaluran kredit perbankan ke UMKM mencapai Rp857 triliun per Desember 2016 dengan jumlah nasabah sebanyak 13,67 juta. Dari angka tersebut, mayoritas kredit perbankan masih disalurkan ke sektor perdagangan besar dan eceran 52,7 persen, diikuti oleh industri pengolahan 10,3 persen, dan perhatian dan kehutanan 8,2 persen.
Sebaliknya, porsi kredit UMKM di sektor industri kreatif hanya berkontribusi sekitar 11,9 persen menjadi Rp 106,42 juta pada periode yang sama. Penyaluran kredit ini kebanyakan mengalir ke industri perfilman; radio, televisi, dan hiburan; piranti lunak; arsitek; kuliner; serta pakaian jadi.”
“Layaknya UMKM, industri kreatif seringkali tidak bankable karena mereka tidak memiliki perencanaan keuangan, dan laporan keuangan yang sistematis. Di sinilah peran Bekraf melalui pendampingan, dari sisi perbankan, kami sudah memiliki rencana pengadaan business matching selama tahun ini untuk mengatasi misinformasi terkait industri kreatif,” tuturnya.
Untuk saat ini, BFC akan fokus menggali potensi pembiayaan perbankan di sektor perfilman dan animasi. Selanjutnya, BFC juga akan menggarap sejumlah sektor prioritas lainnya misalnya game dan aplikasi digital.