TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2017 bakal mencapai 3,4 persen. Sebelumnya, BI memperkirakan ekonomi dunia akan tumbuh sebesar 3,2 persen.
Menurut Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, perbaikan pertumbuhan ekonomi dunia tersebut akan mempengaruhi nilai tukar di Indonesia. "Salah satu tantangannya adalah inflasi. Ini kombinasi masih adanya ketidakpastian dunia dan kondisi nasional yang membuat kita harus memperhatikan nilai tukar," katanya saat ditemui seusai acara Mandiri Investment Forum 2017 di Hotel Fairmont, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu, 8 Februari 2017.
Baca Juga:
Baca Juga: Tahun Depan Pertumbuhan Ekonomi Ditargetkan 6 Persen
Agus menambahkan, dunia masih mengalami ketidakpastian, terutama dalam hal sistem keuangan. Semua negara masih menunggu kebijakan fiskal dan perdagangan dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump. "Lalu juga bagaimana kebijakan mereka terhadap negara besar seperti Cina," tuturnya.
Selain itu, menurut Agus, nilai tukar mata uang Cina atau yuan akan melemah. Hal tersebut harus diperhatikan oleh otoritas karena sejak 2016 yuan terus mengalami pelemahan hingga mencapai 7 persen. "Itu akan berdampak pada negara-negara lain."
Kondisi global lain yang perlu mendapatkan perhatian pemerintah adalah harga minyak. BI memperkirakan, pada 2017, harga minyak berada di kisaran US$ 45 per barel. "Tapi kemarin kami melakukan penyesuaian menjadi US$ 47 per barel. Harga minyak naik karena kesepakatan OPEC mengurangi produksi," ucap Agus.
Simak: Tax Amnesty, SBY: Jangan Salah Sasaran, Rakyat Jadi Takut
Meskipun masih terdapat berbagai tantangan, Agus menyambut baik terjadinya peningkatan terhadap harga barang-barang komoditas andalan Indonesia yang sejak 2012 terus mengalami penurunan. "Situasi sudah membaik. Diharapkan tahun 2017 lebih baik," katanya.
ANGELINA ANJAR SAWITRI