TEMPO.CO, Jakarta – Bank Indonesia (BI) memprediksi inflasi keseluruhan Januari 2017 mencapai 0,69 persen. “Masih sedikit tinggi, karena ada dampak penyesuaian harga listrik 900 VA dan biaya mengurus STNK, SIM, BPKB,” ujar Direktur Departemen kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Juda Agung di Kompleks Bank Indonesia Thamrin, Jakarta, Jumat, 27 Januari 2017.
Baca Juga: Inflasi 2017, BI: Antisipasi Harga Pangan Bergejolak
Baca Juga:
Juda mengatakan kenaikan biaya mengurus STNK, SIM, dan BPKB menyumbang sekitar 0,24 persen, sedangkan kenaikan tarif listrik untuk 900 VA menyumbang 0,1 persen terhadap inflasi. “Karena baru kena tarif listrik yang prabayar, yang pasca bayar baru Februari.”
Sebelumnya, Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo mengatakan keseluruhan tahun inflasi diperkirakan berada di posisi 3,19 persen (yoy). “Sumber-sumber inflasi ada di harga listrik yang akan naik, dan harga cabai juga memberikan tekanan,” ujar Agus, Rabu, 25 Januari 2017.
Simak: Pembuat Faktur Palsu Koleksi Apartemen hingga Mobil Mewah
Agus menuturkan, untuk komoditas lain sudah menunjukkan deflasi, seperti harga bawang merah. Menurut dia, perhatian pemerintah dan BI terhadap inflasi akan sangat tinggi sepanjang 2017.
Sebab, angka inflasi ingin dijaga tetap rendah dan terkendali, seperti dalam dua tahun terakhir, yaitu 3,3 persen (yoy) pada akhir 2015 dan 3,02 persen (yoy) di akhir 2016.
Direktur Penelitian Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal memperkirakan inflasi sepanjang Januari 2017 di atas 0,6 persen atau lebih tinggi daripada Desember 2016, yang sebesar 0,42 persen dengan pendorong terbesar dari administered price. “Selain itu, inflasi dari golongan bahan pangan akan meningkat dibanding pada Desember 2016, yang hanya 0,5 persen. Begitu juga makanan jadi,” kata Faisal di Jakarta, Jumat, 13 Januari 2017.
Baca: Darmin Kritik Masyarakat yang Masih Gemar Investasi Tanah
Faisal mengatakan inflasi tahun ini akan berada di kisaran 4-5 persen, dengan dominasi gejolak harga kelompok bahan pangan yang bisa menyentuh laju 3,5 persen. Namun, bedanya dengan tahun lalu, faktor penurunan harga bahan bakar minyak pada April 2016 menekan inflasi serta pelemahan daya beli. Selain itu, penundaan belanja setelah Lebaran membuat inflasi 2016 turun lagi menjadi 3,0 persen.
“Jadi, pada 2017, potensinya masih sama, dengan memperhitungkan gejolak bahan pangan saja inflasi akan sekitar 3,5 persen. Tapi, jika tarif listrik dan elpiji benar dinaikkan, inflasi berpotensi naik satu digit menjadi sekitar 4,5 persen,” kata Faisal.
GHOIDA RAHMAH | BISNIS.COM