TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita mengatakan ada beberapa upaya yang dilakukan untuk mendongkrak pengembangan komoditas peternakan sapi di Bali. Sejak 2013, pihaknya telah melakukan pemurnian sapi Bali melalui penguatan pembibitan di Pulau Nusa Penida.
Langkah lain adalah pengembangan dan pelestarian sapi Bali di Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) di Pulukan, Bali. Ketut menilai komoditas sapi Bali menjadi tumpuan harapan pada masa mendatang. Sebab, sapi Bali berpotensi menjadi daging kelas premium yang berasal dari produk lokal.
“Sapi Bali dapat menghasilkan daging yang tentunya lebih berkualitas dan dapat disetarakan dengan daging organik,” ucap Ketut dalam keterangan tertulisnya, Senin, 23 Januari 2017.
Ketut berujar, sapi Bali merupakan ternak asli Indonesia yang cepat beradaptasi, mudah dikembangbiakkan atau memiliki kemampuan produksi dan reproduksi yang sangat baik, dan mempunyai kualitas daging yang baik. Sedangkan pola pemeliharaan dilakukan secara ekstensif dan sepenuhnya mengandalkan pakan hijauan tanpa ada konsentrat dan treatment hormonal.
Selain itu, dukungan pemerintah diwujudkan dengan melakukan pewilayahan sumber bibit sapi Bali di luar Pulau Bali, antara lain Kabupaten Konawe Selatan, Barru, dan Barito Koala. Ketut menuturkan pihaknya juga bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Bali serta Pusat Kajian Sapi Bali (PKSB) Universitas Udayana (UNUD) untuk mengkaji perbaikan nutrisi dan pembiakan.
Ketut mengatakan langkah-langkah tersebut dilakukan untuk menghasilkan sapi dengan kualitas daging yang lebih baik. Harapannya dapat meningkatkan nilai jual yang relatif menyamai sapi wagyu yang termahal di dunia. Sedangkan langkah terakhir yang dilakukan ialah memfasilitasi pembangunan rumah potong hewan modern di Provinsi Bali.
Ketut berujar, komoditas ternak sapi Bali bakal berpotensi terus maju. Ia menyebutkan, pada 2012, konsumsi daging per kapita negara-negara berkembang mencapai 32,7 kilogram. Sedangkan konsumsi daging saat ini diproyeksikan mencapai 36,5 kilogram atau 100 gram per orang setiap hari.
DANANG FIRMANTO