TEMPO.CO, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG pada perdagangan hari ini di Bursa Efek Indonesia berpeluang untuk berbalik menguat atau rebound. Penguatan itu didukung adanya sejumlah saham unggulan yang bergerak di telekomunikasi dan aneka industri.
Menurut analis ekonomi dari First Asia Capital David Sutyanto, penguatan rupiah terhadap dolar AS yang kemarin berada di Rp 13.325 diperkirakan akan turut memberikan insentif positif di pasar.
"IHSG diperkirakan bergerak dengan support di 5.280 dan resisten di 5.330, berpeluang rebound," ujar David Sutyanto dalam pesan tertulisnya Rabu, 14 Desember 2016.
IHSG pada perdagangan kemarin bergerak di teritori negatif, tutup koreksi 14,50 poin (0,3 persen) di 5.293,61. Menurut David, perdagangan kemarin berlangsung kurang bergairah, karena pasar juga cenderung wait and see atas pertemuan The Fed pada 13-14 Desember pekan ini, yang diperkirakan akan menaikkan tingkat bunganya sebesar 25 basis poin.
Selain itu, perdagangan juga masih dilanda tekanan jual pemodal asing. "Penjualan bersih asing kemarin mencapai Rp 234,06 miliar di tengah tipisnya nilai transaksi di Pasar Reguler yang hanya mencapai Rp 4,6 triliun," kata David.
Aksi beli selektif kemarin melanda saham-saham sektor energi merespon kenaikan harga minyak mentah dunia pasca kesepakatan pengurangan produksi negara-negara produsen Non-OPEC dengan OPEC akhir pekan lalu. Di pasar Asia, kemarin harga minyak mentah kemarin di US$ 53 per barel.
Sementara tadi malam Wall Street melanjutkan rally. Indeks DJIA kembali mencatatkan rekor terbaru mendekati level 20.000 yakni di 19.911,21 atau naik 114,78 poin (0,6 persen). Indeks S&P dan Nasdaq masing-masing menguat 0,65 persen dan 0,95 persen di 2.271,72 dan 5.463,83.
Saham berbasiskan teknologi dan energi menjadi penopang penguatan Wall Street tadi malam. Adapun harga minyak mentah di AS tadi malam koreksi tipis 0,74 persen di US$ 52,46 per barel.
DESTRIANITA