TEMPO.CO, Jakarta - Pembukaan Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng memicu kehebohan di tengah masyarakat. Bukan apa-apa, terminal yang menghabiskan dana pembangunan Rp 7 triliun itu sempat dilanda banjir serta atapnya bocor. Belum lagi keluhan sistem parkir yang rumit, air toilet yang melimpas, serta ketiadaan menara Air Traffic Control yang bisa menjangkau seluruh area.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengakui Terminal 3 sebenarnya baru selesai tahun depan. "Tapi kami percepat di bagian tertentu supaya bisa merebut quick win," dia berujar.
Dalam perbincangan selama sekitar satu jam di kantornya di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, pada Selasa pekan lalu itu, Budi menjawab pelbagai hal termasuk sikapnya kepada maskapai penerbangan bandel, hingga kesiapan Terminal 3 Bandar Udara Soekarno-Hatta.
Wawancara ini merupakan kelanjutan dari perbincangan sebelumnya saat Budi berkunjung ke kantor Tempo pada Senin tiga pekan lalu. Berikut petikan wawancara yang selengkapnya bisa dibaca di Majalah Tempo edisi 10-16 Oktober 2016:
Soal Terminal 3 Bandar Udara Soekarno-Hatta, masih banyak masalah terjadi. Apakah terminal itu benar-benar sudah siap?
Kalau bangunan baru, lalu ada kebocoran, biasa. Cuma, memang komunikasi di media sosial itu amat dahsyat. Kami tak bermaksud menyalahkan siapa pun. Yang jelas, ini adalah pertama kalinya pembangunan proyek besar yang semuanya dilakukan oleh putra bangsa. Ada banyak pengalaman yang bisa kita serap.
Kementerian Perhubungan punya moto keselamatan dan pelayanan yang prima. Mengapa hal itu tak tecermin pada kebijakan pembukaan Terminal 3?
Kami ingin merebut momentum. Ada juga perhitungan ekonomis. Memang bangunan itu semestinya baru selesai tahun depan. Tapi kami percepat di bagian tertentu supaya bisa merebut quick win.
Kompetisi seharusnya tak menggadaikan keselamatan, terlebih Terminal 3 tak dilengkapi menara air traffic control yang memadai. Komentar Anda?
Sekarang ini masih pakai kamera CCTV, tapi November nanti sudah mulai pakai ATC otomatis.
Apakah studi kelayakan memberi lampu hijau bahwa Terminal 3 sudah bisa dioperasikan
Bisa. Media sosial saja yang bikin risau. Jakarta itu menjadi pusat dan panggung, maka jadi ramai pembahasannya. Sebenarnya apa yang terjadi di Bali atau Surabaya lebih seram. Bandara Suvarnabhumi, Bangkok, butuh proses penyelarasan enam bulan sampai satu tahun.
Parkir juga jadi masalah di Terminal 3. Bagaimana solusinya?
Sistemnya memang baru. Penumpang harus mencari mobilnya, tak menunggu lagi di titik kedatangan. Di Singapura sudah seperti itu. Kita cuma belum terbiasa saja sehingga terjadi kemacetan.
Anda optimistis pembukaan Terminal 3 akan mengurai beban penumpang Terminal 1 dan 2?
Beban penumpang sekarang adalah 58 juta orang per tahun. Pertumbuhannya 5-6 persen. Jadi kira-kira sekitar 63 juta. Beban penumpang terlalu tinggi karena jumlah itu ditampung di dua terminal yang kapasitas totalnya 20 juta. Hadirnya Terminal 3 memberi tambahan kapasitas 25 juta orang. Masih ditambah renovasi Terminal 1-2 yang akan menampung 40 juta orang. Jadi pas kapasitasnya.
TIM TEMPO