TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sebesar 0,22 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) 125,41 pada September 2016. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan inflasi masih terkendali meski terjadi peningkatan.
Pada Agustus 2016, BPS mencatat deflasi sebesar 0,02 persen akibat turunnya beberapa harga, seperti bahan makanan dan tarif angkutan, seusai Lebaran. "Kami berharap inflasi tetap terkendali hingga tiga bulan ke depan sehingga target inflasi 2016 bisa tercapai," kata Suhariyanto di kantornya, Jakarta, Senin, 3 Oktober 2016.
Bank Indonesia mematok target inflasi 3-5 persen. Sejak Januari hingga September (year-to-date), tingkat inflasi tercatat sebesar 1,97 persen. Adapun tingkat inflasi September 2016 dibandingkan September 2015 (year-on-year) sebesar 3,07 persen.
Baca: BPS: Jumlah Penumpang Angkutan Udara Domestik Menurun
Komponen inti pada September mengalami inflasi sebesar 0,33 persen. Tingkat komponen inti Januari-September (year-to-date) sebesar 2,58 persen. Sedangkan, jika dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya (year-on-year), tingkat inflasi komponen inti sebesar 3,21 persen.
Suhariyanto mengatakan inflasi dihitung di 82 kota IHK. Sebanyak 58 kota IHK tercatat mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Sibolga, yaitu 1,85 persen dengan IHK 129,12. Inflasi terendah terjadi di Purwokerto dan Banyuwangi masing-masing 0,02 persen dengan IHK 121,81 dan 121,84.
Sedangkan 24 kota IHK lainnya mengalami deflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Pontianak 1,06 persen dengan IHK 133,94. Deflasi terendah terjadi di Kendari 0,01 persen dengan IHK 121,65.
Baca: Bela Kiswinar, Rey Utami Siap Biayai Mario Teguh Tes DNA
Menurut Suhariyanto, inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga di beberapa kelompok pengeluaran. Kelompok pendidikan dan rekreasi mengalami inflasi tertinggi, yaitu 0,52 persen. "Sebab, ada kenaikan biaya masuk perguruan tinggi," tuturnya.
Pendukung inflasi tertinggi kedua ialah kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau yang mengalami yang inflasi sebesar 0,34 persen. Penyumbang inflasi terbesar dalam kelompok tersebut ialah kenaikan harga rokok.
Kelompok penyumbang inflasi lainnya adalah kelompok kesehatan 0,33 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,29 persen; kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,19 persen; dan kelompok sandang 0,13 persen. Adapun kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar 0,07 persen dengan andil -0,01 persen.
VINDRY FLORENTIN