TEMPO.CO, Jakarta - Pada hari ini berdasarkan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah terpantau menguat 11 poin atau 0,08 persen di posisi 13.133 per dolar Amerika Serikat dari penutupan kemarin di angka 13.144 per dolar Amerika.
Tren rupiah yang bergerak fluktuatif di posisi 13.150-13.079 selama sebulan ini, menurut Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, mencerminkan kondisi rupiah yang cukup kuat dan sesuai dengan kondisi fundamental ekonomi Indonesia, yang diliputi sentimen positif dari dalam negeri.
Baca Juga:
Di antaranya rilis produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada kuartal kedua yang mencapai 5,18 persen dibanding pertumbuhan ekonomi tahun lalu yang tumbuh di angka 4,92 persen. Lalu kondisi inflasi yang terjaga, di mana pada Juli lalu secara year-on-year berada di posisi 3,21 persen. “Transaksi berjalan menunjukkan kondisi yang lebih sehat dan neraca perdagangan selalu positif. Ini adalah kondisi yang menunjukkan fundamental Indonesia,” ucap Agus di gedung Bank Indonesia, Selasa, 9 Agustus 2016.
Selain itu, Agus melihat beberapa kebijakan yang diambil pemerintah direspons positif, baik oleh masyarakat maupun pelaku pasar, misalnya pengesahan Undang-Undang Pengampunan Pajak dan perombakan kabinet dengan melantik Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan. Pada 27 Juli lalu atau saat Sri Mulyani diangkat, rupiah juga menguat 20 poin atau 0,15 persen ke level 13.130 dari penutupan sebelumnya 13.150 per dolar Amerika.
Baca: Pengamat Memperkirakan Rupiah Bergerak Terkonsolidasi
Lalu disusul dengan kebijakan yang diajukan Sri Mulyani untuk kembali memotong Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2016 sebesar Rp 133,8 triliun yang berasal dari pos belanja kementerian dan belanja daerah. Itu semua menunjukkan kondisi yang cukup baik, direspons secara baik, aliran dana masuk ke Indonesia besar, dan nasabah ataupun korporasi yang memegang valuta asing banyak yang melepas valuta asingnya, sehingga terjadi penguatan rupiah.
Namun, ujar Agus, dengan tumbuhnya perekonomian Indonesia ke arah yang lebih baik bukan serta-merta akan mendorong rapat Dewan Gubernur BI kembali menurunkan suku bunga acuan BI saat rapat dilaksanakan pada 18-19 Agustus mendatang. “Kami tidak bicara tentang itu. Kami akan melihat data-data dan informasi yang ada untuk kami kaji, kemudian kami akan memutuskan. Tapi, untuk sekarang kami, tidak bisa menceritakan soal kebijakan yang akan diambil,” tutur Agus.
DESTRIANITA