TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) sudah menjaring calon mitra untuk pembangunan kilang baru di Tuban, Jawa Timur. Pilihan hampir jatuh pada perusahaan minyak asal Rusia, Rosneft. "Dalam dua minggu ke depan mudah-mudahan bisa ada keputusan," ujar Juru Bicara Pertamina Wianda Pusponegoro, Kamis, 28 April 2016.
Chairman Rosneft Igor Sechin kemarin menemui Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno serta Menteri Energi dan Sumber daya Mineral Sudirman Said. Igor menyatakan minatnya secara langsung untuk membangun kilang Tuban. Perusahaan juga membuka diri untuk berkongsi di bidang hulu migas serta pengembangan tenaga ahli pengolahan minyak.
Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno mendukung kerja sama Pertamina dengan Rosneft. Rini meminta kemitraan terlaksana dari sektor hulu ke hilir. "Kerjasama antara kedua perusahaan sangat penting, terutama untuk menjamin ketahanan energi nasional,” katanya..
Wianda mengungkapkan, hingga kini baru Rosneft yang menyatakan minat membangun kilang Tuban ke pemerintah secara langsung. Igor juga melamar pemerintah untuk menjadi pemasok cadangan minyak strategis (strategic petroleum reserve/SPR).
Menteri ESDM Sudirman Said sebelumnya mengatakan sedang mengusulkan supaya perolehan cadangan minyak bisa mulai dilaksanakan tahun ini. Untuk jangka panjang total cadangan yang diperlukan adalah 45 juta barel dengan guna ketahanan minyak selama 30 hari.
Pertamina juga menginginkan ekspansi migas ke Rusia melalui kerja sama dengan Rosneft. Tim perseroan diketahui sudah terbang ke Rusia dalam rangka proses pembukaan ruang data hulu migas. "Semoga prosesnya lancar," kata Wianda.
Menurut Wianda, Rosneft memiliki sepak terjang mumpuni melalui kepemilikan kilang di Cina, Jerman, Italia, dan Belanda. Produksi minyak Rosneft mencapai 5,2 juta barel per hari, dengan pengolahan kilang domestik mencapai 2,6 juta barel per hari.
Lamaran Igor menjadi gerbang terbukanya kerja sama Indonesia dengan Rusia di sektor migas. Sebelumnya, kemitraan lebih banyak dijalin dengan negara Timur Tengah, khususnya Arab Saudi.
Menurut catatan Pertamina, Kilang Tuban direncanakan bakal mengolah minyak mentah hingga 300 ribu barel per hari. Pembangunan bakal menelan biaya hingga US$ 14 miliar. Mitra terpilih bakal menempatkan kepemilikan maksimal 49 persen. Sebab Pertamina menginginkan kontribusi modal hingga di atas 50 persen.
Fasilitas ini akan mampu mengolah minyak jenis sweet crude, yang juga diproduksi Rosneft. Tujuannya, kata Wianda, untuk mengurangi ketergantungan minyak dengan negara-negara Timur Tengah yang notabene memproduksi minyak sour crude.
ROBBY IRFANY | REUTERS