TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Tulus Abadi meminta BCA membatalkan rencana mengenakan biaya cek saldo. Tulus mengaku banyak menerima aduan terkait dengan rencana pengenaan biaya cek saldo pada ATM BCA.
Menurut dia, tarif biaya cek saldo secara tidak langsung oleh BCA telah mengeksploitasi nasabahnya. Sebab, biaya administrasi itu dijadikan sebagai sumber pendapatan utama. "Ini jelas kebijakan korporasi yang tidak fair, bahkan eksploitasi," kata Tulus dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Sabtu, 5 Maret 2016.
Tulus berujar, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) seharusnya melarang BCA menerapkan kebijakan tersebut. "Jika OJK membiarkan, itu sama artinya OJK membiarkan tindakan semena-mena bank terhadap nasabahnya," ucapnya.
Tulus khawatir, jika tidak ada tindakan dari OJK, bank lain akan menerapkan kebijakan yang sama. Padahal, sebagai contoh, cek saldo di ATM BRI sekalipun dengan kartu ATM yang berbeda tidak dikenai biaya.
BCA memang tengah mempertimbangkan pengenaan biaya cek saldo. Pengecekan saldo yang dilakukan tiap hari oleh nasabah melalui ATM dianggap cukup merugikan. Biaya untuk ATM dianggap lebih mahal dibanding biaya transaksi melalui e-channel.
Namun, hingga saat ini, masih belum ada keputusan waktu pasti penerapan kebijakan tersebut. BCA mengaku akan mendengar pendapat nasabah lebih dulu sebelum membuat keputusan.
MAWARDAH NUR HANIFIYANI