TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA David Sumual merespons soal pelemahan rupiah belakangan ini. Ia menilai depresiasi rupiah bukan disebabkan oleh situasi sengketa pemilihan presiden atau Pilpres di Mahkamah Konstitusi (MK), melainkan karena ketegangan konflik geopolitik di Timur Tengah.
"Pelemahan rupiah akhir-akhir ini lebih terkait perkembangan eksternal, tidak terkait dengan sidang MK," ujar David saat dihubungi Tempo, Senin, 22 April 2024.
Menurut dia, penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (dolar AS) juga berkaitan dengan ekspektasi bahwa The Fed masih akan menahan suku bunga patokannya. Adapun rupiah menguat 41 poin dari penutupan perdagangan hari sebelumnya, yakni Rp 16.220 per dolar AS.
Pasar memperkirakan pemotongan suku bunga The Fed sebesar 44 basis poin tahun ini. Angka tersebut jauh lebih rendah dari perkiraan awal tahun sebesar 160 basis poin.
Badan Pusat Statistik (BPS) dalam rilis resminya mengungkapkan bahwa secara rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sepanjang Maret 2024 relatif lebih lemah dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Selanjutnya: Sepanjang Maret 2024, nilai tukar rupiah Rp 15.711 per dolar AS....