TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan ekonomi pada kuartal III/2015 sebesar 4,73 persen. Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Surhariyanto mengatakan pertumbuhan itu lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal II/2015, yakni 4,67 persen dan kuartal I/2015 4,7 persen.
"Pertumbuhan ekonomi secara kumulatif dari Januari hingga September sebesar 4,71 persen. Produk domestik bruto (PDB) nominal atas dasar harga berlaku tercatat senilai Rp2.982 triliun dan berdasarkan atas harga konstan senilai Rp 2.311 triliun," kata Surhariyanto dalam konferensi pers di gedung BPS, Jakarta, Kamis, 5 November 2015.
Surhariyanto mengungkapkan sejumlah alasan pertumbuhan ekonomi kuartal III/2015 senilai 4,73 persen. Saat ini, perekonomian global diperkirakan masih melambat, tapi tidak merata. Beberapa negara maju dan negara Eropa sedikit mengalami peningkatan perekonomian, tapi negara berkembang (emerging market) cenderung melambat.
"Masih melemahnya harga komoditas nonmigas, seperti kedelai, karet, dan sebagainya. Kemudian masih melemahnya harga komoditas hasil tambang dan minyak mentah. Negara juga mengalami tekanan nilai tukar terhadap mata uang dolar AS dan pasar keuangan yang masih belum stabil ditandai indeks saham yang naik-turun," tuturnya.
Selain itu, dia mengatakan mitra dagang Indonesia cenderung melemah, seperti pertumbuhan ekonomi AS melemah dari 2,7 persen pada kuartal II/2015 menjadi 2 persen, Cina melemah dari 7 persen menjadi 6,9 persen, dan Singapura dari 1,7 persen menjadi 1,4 persen. "Pelemahan ini berdampak pada perekonomian Indonesia, terutama dari sisi impor dan ekspor," kata Surhariyanto
Situasi dalam negeri, seperti inflasi pada September 2015 sebesar 6,83 persen (YoY) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah pada kuartal III/2015. Realisasi belanja pemerintah meningkat cukup pesat, terutama belanja barang sebesar 34,28 persen dan belanja modal naik 58,10 persen. Di sisi lain, realisasi penerimaan pajak selama kuartal III/2015 menurun.