TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara, mengakui dua paket kebijakan ekonomi yang sudah diluncurkan oleh pemerintah menjadi salah satu faktor internal pendukung menguatnya rupiah. Langkah pemerintah direspon positif oleh pelaku pasar.
Menurut Mirza, peluncuran paket kebijakan ekonomi dalam jangka menengah panjang berimbas pada penurunan inflasi dan menambah persediaan valuta asing.
Baca Juga:
"Ini bukti bahwa pemerintah benar-benar melakukan reformasi struktural terutama dalam perizinan dalam berbagai sektor," kata Mirza saat melakukan koferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu, 7 Oktober 2015.
Pada paket kedua, menurut Mirza, dampaknya lebih baik dari kebijakan sebelumnya. Jumlah valuta asing di pasar spot meningkat akibat pelaku pasar mulai melepas dolar. Selain dalam pasar uang, imbas peluncuran paket kebijakan ekonomi, juga membuat pasar obligasi negara bergerak positif.
Walaupun begitu, Mirza mengakui bahwa faktor eksternal juga berdampak signfikan terhadap pergerakan nilai tukar. Sentimen ekstenal datang dari rilis data ekonomi Amerika Serikat, terutama pekerja yang cenderung melamah. Hal ini membuat konsensus mengenai kenaikan suku bunga di Amerika bergeser.
"Tadinya Oktober, sekarang bergeser dan diperkirakan baru akan naik di kuartal I atau II. Ini membuat beberapa investor dan spekulan melakukan cut loss di pasar keuangan," ujar Mirza.
Hari ini, pemerintah meluncurkan paket kebijakan ekonomi tahap III. Dalam regulasi itu terdapat tiga poin utama. Pertama adalah penurunan harga bahan bakar minyak, listrik, dan gas. Kedua adalah perluasan wirausahawan penerima kredit usaha rakyat. Adapun poin terakhir adalah penyederhanaan izin pertanian dalam kegaiatan penanaman modal.
FAIZ NASHRILLAH