TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia menyatakan cadangan devisa pada akhir September lalu mencapai US$ 101,7 miliar. Jumlah tersebut lebih rendah dibanding cadangan devisa pada akhir Agustus 2015 sebesar US$ 105,3 miliar.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara menjelaskan, turunnya cadangan devisa sebesar US$ 3,6 miliar karena untuk membayar utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah. Mata uang rupiah kini menguat ke posisi 14.065 dari sebelumnya 14.709 per dolar Amerika Serikat.
Baca Juga:
Menurut Tirta, langkah tersebut sejalan dengan komitmen BI yang terus berada di pasar untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. “Sesuai dengan fundamentalnya guna mendukung terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” ucap Tirta dalam keterangan persnya di laman resmi BI, Rabu, 7 Oktober 2015.
Meski berkurang, Tirta memastikan cadangan devisa itu cukup untuk membiayai tujuh bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Cadangan itu juga berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
“BI menilai cadangan devisa itu mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan,” tuturnya.
Agustus lalu, BI menyatakan, hingga enam bulan pertama tahun ini, utang luar negeri mencapai US$ 304,3 miliar atau naik 6,3 persen sepanjang tahunan. Sebagian besar utang tersebut berasal dari sektor swasta sebesar US$ 169,7 miliar atau 55,8 persen dari total utang.
SINGGIH SOARES