TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsuddin mengatakan pihaknya tetap berkomitmen berinvestasi di Papua meskipun pembangunan smelter dilakukan di Gresik, Jawa Timur. Maroef mengatakan nilai investasi yang dikucurkan untuk tambang di Papua jauh lebih besar daripada untuk smelter.
Maroef mencontohkan pengembangan bawah tanah yang dilakukan sejak 2010 hingga 2014 telah menelan investasi sekitar US$ 4 miliar. Rencananya, Freeport akan menambah investasi untuk pengembangan tambang bawah tanah sebesar US$ 15 miliar hingga 2041. "Bandingkan, ini di Papua US$ 19 miliar, di Gresik US$ 2,3 miliar," kata Maroef kepada Tempo, Selasa, 3 Februari 2015.
Maroef mengatakan tambang bawah tanah ini direncakan memproduksi 3 juta ton konsentrat tembaga pada 2021. Sebanyak 1 juta ton konsentrat akan diserap oleh smelter milik PT Smelting Gresik dan 2 juta ton konsentrat lagi akan diolah di smelter milik Freeport yang akan dibangun di Gresik.
Ditanya mengenai kecukupan pasokan konsentrat jika dibangun smelter baru di Papua, Maroef mengatakan bisa saja smelter baru nanti tak hanya mengandalkan konsentrat dari Freeport. "Jangan melihat hanya dari hitungan matematis. Ada tambang-tambang lain yang juga kena kewajiban UU Minerba, ke mana mereka mau memurnikan?" kata Maroef.
Maroef mengatakan Freeport dan pemerintah daerah Papua segera membentuk tim untuk mengkaji peluang pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian di Papua. Pemerintah Papua menurutnya telah menyiapkan lahan dan bersedia membangun pembangkit listrik tenaga air untuk memasok energi di Freeport.
Baca Juga:
Meski rencana pembangunan smelter belum akan dilakukan dalam waktu dekat, Maroef mengatakan pihaknya melakukan investasi lain di Papua. Salah satunya bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk membangun pabrik pengemasan semen.
Freeport akan mengucurkan investasi sebesar US$ 25 juta untuk pabrik pengemasan semen ini . Pabrik pengemasan dengan kapasitas 500.000 ton per tahun ini berlokasi di Pomako, Timika, Papua. Pembebasan lahan seluas 5 hektare telah diselesaikan pada September 2014 dan lelang konstruksi dijadwalkan selesai pada Februari 2015. Pembangunan pabrik ini akan memakan waktu 22 bulan.
BERNADETTE CHRISTINA MUNTHE