TEMPO.CO, Surakarta - Kota Surakarta tercatat mengalami inflasi 0,27 persen pada Maret 2014. Angka ini lebih tinggi dari angka inflasi nasional 0,08 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik Surakarta Bagus Rahmat Susanto mengatakan inflasi terjadi karena ada kenaikan harga beberapa komoditas inti, seperti beras, bawang putih, dan minyak goreng. Di antara penyumbang inflasi terbesar, salah satunya adalah teh manis.
"Harga teh manis naik 3,62 persen dan memberi andil inflasi 0,0212 persen," kata Rahmat kepada wartawan di ruang kerjanya, Selasa, 1 April 2014. Sedangkan bawang putih naik 17,81 persen, tiket angkutan udara 7,06 persen, makanan ringan 6,6 persen, dan minyak goreng 3,67 persen.
Rahmat menyebut kenaikan harga teh manis lantaran harga pokoknya naik. "Soalnya harga gula pasir sebenarnya turun, sehingga penyebab harga teh manis naik karena memang tehnya yang naik," ucapnya.
Kepala Seksi Distribusi Badan Pusat Statistik Surakarta Herminawati mengatakan ada beberapa komoditas yang harganya berfluktuasi, seperti susu dan ikan. Pemantauan harga dua komoditas tersebut ditingkatkan, dari semula sebulan sekali menjadi seminggu sekali.
Berdasarkan tahun kalender, BPS mencatat inflasi Surakarta di angka 1,78 persen. Angka ini lebih rendah dari inflasi tahun kalender 2013, yaitu 3,84 persen.
Hasil di atas berbeda dengan perkiraan Bank Indonesia Solo yang memprediksi akan terjadi deflasi pada Maret 2014. Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia Solo Ismet Inono, perkiraan terjadi deflasi karena beberapa komoditas yang punya bobot inflasi tinggi harganya turun. Misalnya, telur ayam ras, daging ayam ras, dan cabai merah. "Memang ada komoditas yang naik, seperti bawang putih. Jika harganya naik terus, memang ada kemungkinan inflasi," ujarnya.
UKKY PRIMARTANTYO
Berta lain:
MH370 Terkuak Jika Kotak Hitam Tersambung Satelit
Ahok Curhat Soal Jokowi yang Fokus Berkampanye
Putin Ingin 'Hidupkan' Kembali Uni Soviet
Jokowi Batal ke Trenggalek, Kader PDIP Ngamuk