TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah berupaya memperkuat sektor nonmigas seiring tekanan defisit perdagangan dari sektor migas yang belum berakhir tahun ini. Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mematok target surplus perdagangan sektor nonmigas sebesar US$ 5 miliar. "(Dapat dicapai) dalam kondisi realistis," katanya di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Senin, 4 Maret 2013.
Bayu optimistis target tersebut tidak muluk-muluk jika mengacu pada surplus sektor nonmigas tahun lalu. Penguatan sektor nonmigas, kata dia, ditempuh melalui hilirisasi serta diversifikasi pasar. Negara tujuan ekspor nonmigas yang menjadi favorit yaitu Republik Rakyat Cina (RRC) yang mencatatkan surplus US$ 20,9 miliar tahun lalu. Lalu disusul Jepang dengan surplus US$ 17,2 miliar dan Amerika Serikat sebesar US$ 14,6 miliar.
Negara lain yang juga menjadi tujuan ekspor nonmigas Indonesia adalah India (US$ 12,4 miliar), Singapura (US$ 10,6 miliar), Malaysia (US$ 8,5 miliar), Korea Selatan (US$ 6,7 miliar), Thailand (US$ 5,5 miliar), Belanda (US$ 4,6 miliar), dan Taiwan (US$ 4,1 miliar).
Ekspor ke 10 negara di atas merupakan yang utama dan berkontribusi sebesar 68,6 persen dari total ekspor nonmigas. Adapun catatan untuk ekspor ke beberapa negara mengalami kenaikan tajam. "Ke beberapa negara mengalami kenaikan spektakuler," ujarnya.
Misalnya, nilai ekspor ke Pakistan mencapai US$ 447,9 juta atau tumbuh 48,1 persen. Beberapa negara yang berkontribusi pada kenaikan ekspor nonmigas adalah Arab Saudi, Australia, Thailand, Afrika Selatan, Djibouti, Yaman, Pantai Gading, Aljazair, dan Oman. Kenaikan di negara-negara itu berkisar antara US$ 51 juta-US$ 343 juta atau tumbuh antara 4,7-164,3 persen.
Bayu mengatakan komoditas yang tumbuh tajam, antara lain logam dasar lainnya (naik 227,3 persen), senjata atau amunisi (naik 162,6 persen), serta sutera (naik 142,4 persen). Komoditas lain yang nilai ekspornya naik antara lain kendaraan dan bagiannnya, kopi, teh dan rempah-rempah, mesin atau pesawat mekanik, serta ikan dan udang. Kenaikan tercatat antara US$ 136 juta hingga US$ 1,5 miliar.
Hingga Januari kemarin, defisit perdagangan masih terjadi dan mencapai US$ 171 juta. Hal ini mendorong kebutuhan akan dolar AS di pasar sehingga melemahkan nilai tukar rupiah yang per Senin ini sudah tembus Rp 9.700.
MARIA YUNIAR
Berita Terkini:
KPK Kejar Choel untuk Ungkap Peran Andi
Ucapan Hakim MK Tak Boleh Berbau Politik
KPK Periksa 4 Pejabat Swasta dalam Kasus Hambalang
Buron Penipuan Apartemen Rp 6,5 M Ini Jago Ngumpet