TEMPO Interaktif, Jakarta - Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) menargetkan jumlah ekspor sepatu 30 persen tahun ini. Jumlah ekspor itu naik 8 persen dari tahun lalu yakni 22 persen. "Kami yakin kenaikan jumlah ekspor ini tercapai karena bekerjasama dengan Amerika Serikat," kata Edy Widjanarko, Ketua Aprisindo di Jakarta, Selasa 21 Juni 2011.
Edy menjelaskan kerjasama itu dilakukan dengan asosiasi pengusaha Amerika yang tergabung dalam Footwear Distribution Retailing of America (FDRA). Mereka akan memperluas pasar ekspor sepatu Indonesia di Negeri Paman Sam itu.
Aprisindo mencatat nilai ekspor sepatu 2010 sebesar US$ 2,17 miliar. Jumlah nilai itu dibanding ekspor 2009 senilai US$ 1,67 miliar. Kenaikan ini terjadi karena kualitas sepatu Indonesia dinilai bisa bersaing dengan Vietnam dan Thailand, sehingga meningkatkan permintaan sepatu di luar negeri. Namun Edy tak menyebutkan nilai ekspor yang akan tercapai bila terjadi kenaikan persentase menjadi 30 persen tahun ini.
Ia menjelaskan perluasan pasar ekspor yang akan dilakukan FDRA diantarnya
memperkenalkan pabrik sepatu lokal ke pengusaha Amerika. Sehingga, sepatu lokal menjadi suplayer untuk memenuhi target produksi sepatu Amerika.
Presiden Of FDRA, Matt Priest mengaku akan bersungguh-sungguh menjalin kerjasama industri sepatu dengan Indonesia. "Kami ingin menjadi mitra yang saling menguntungkan," kata Priest.
Ia mengatakan Amerika tertarik membangun perluasan kerjasama karena Inedonesia adalah negara yang memiliki ekonomi yang berkembang pesat. Khusus untuk produksi sepatu, Indonesia dianggap memiliki potensi besar.
Namun demikian, ia mengaku menyuplay sepatu lokal masih di bawah 10 persen. Sumber impor sepatu terbesar Amerika masih diborong oleh Tiongkok. "Jumlah sumber sepatu dari Tiongkok sebanyak 70 persen dari total impor kami," kata dia.
TRI SUHARMAN