TEMPO Interaktif, Jakarta - Kebutuhan bawang di Indonesia terbilang tinggi. Menurut data Departemen Pertanian, kebutuhan mencapai 250 ribu metrik ton per tahun. Menurut data Asosiasi Importir Umbi Lapis Indonesia (Asiuli), petani lokal hanya mampu memenuhi 8 persen dari kebutuhan bawang di Indonesia. Sedangkan 92 persen dari impor.
"Impor bawang putih dari Cina mencapai 80 persen dari total impor,"kata Suhardi, anggota Asuli, Senin (19/10). Menurut dia, belum ada negara kompetitor lain yang bisa menandingi Cina sehingga importir tidak bisa mengalihkan sumber impor ke negara lain.
Untuk mengakomodir keinginan para pengusaha, dibentuk Asosiasi Importir Umbi Kapis Indonesia (Asiuli). Suhardi berharap asosiasi bisa mendorong pemerintah untuk mengadakan hubungan government to government, sehingga harga impor bisa lebih kecil. "Paling tidak bisa menekan, sehingga harga di pasar lokal pada kisaran Rp 5000," kata dia.
Tingginya harga impor, kata Suhardi, menyebabkan harga bawang putih di pasaran menjadi tinggi. "Berkisar antara Rp 12 ribu hingga Rp 14 ribu," kata dia. Ia menyarankan agar pemerintah menjalin hubungan government to government dengan negara asal impor. "Misalnya dengan Cina, sebab harga impor dari Cina tinggi, mencapai US$ 1000 per metrik ton," kata Suhardi.
EKA UTAMI APRILIA