Kerja sama kedua perusahaan yang diumumkan Kamis (12/2) waktu setempat merupakan investasi asing terbesar dan menandakan pertumbuhan keuangan negara itu meski dunia tengah bergulat dalam krisis ekonomi global.
Perusahaan pelat merah negeri tirai bambu itu akan menginvestasikan US$ 12,3 miliar dalam bentuk saham perusahaan tambang gabungan di alumunium, tembaga, dan bijih besi. Sisa investasi, US$ 7,2 miliar, akan berupa obligasi konversi yang jika ditukar dalam bentuk saham dapat menggandakan kepemilikan Chinalco di Rio Tinto menjadi 18 persen.
"Kerja sama strategis ini mewakili langkah awal pengembangan Chinalco menjadi perusahan tambang terdepan," ujar Presiden Chinalco Xiao Yaqing. Saat ini Chinalco merupakan perusahaan tambang terbesar ketiga di dunia.
Investasi Chinalco di Rio Tinto berawal dari pembelian 12 persen saham Rio Tinto PLC di 2008 lewat Alcoa Incorporation, kelompok usaha yang terdaftar di Inggris. Alcoa dan Chinalco mengumumkan pembelian saham Alcoa akan dilakukan pada Juli 2009 seharga US$ 1,02 miliar.
Kesepakatan dengan Chinalco ini akan membantu Rio Tinto membayar utang sebesar US$ 10 miliar dari US$ 38 miliar yang jatuh tempo tahun ini. Saat ini Rio Tinto memangkas 14 ribu karyawannya di seluruh dunia, menjual aset, dan mengurangi belanja modal untuk mengatasi dampak penurunan harga komoditas akibat krisis keuangan global.
AP | RIEKA RAHADIANA