Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Instrumen Moneter Overnight Berisiko

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta:Kalangan analis perbankan menyatakan, rencana Bank Indonesia menggunakan instrumen moneter jangka pendek overnight perlu dikaji secara matang. Ekonom Standard Chartered Bank Fauzy Ichsan menuturkan, penggunaan instrumen itu ada risikonya."Bank Indonesia harus hati-hati karena jika tidak justru akan menambah beban moneter BI. Kan, harus membayar bunga," papar di Jakarta. Bank sentral, ujar dia lebih lanjut, harus mampu mengontrol tingkat bunga dari instrumen overnight tersebut. Tujuannya, agar tidak menimbulkan tambahan beban moneter. Sehingga, diharapkan suku bunga instrumen jangka pendek itu lebih rendah dari bunga Sertifikat Bank Indonesia. “Menurut saya, ini (instrumen moneter jangka pendek) bukan sesuatu yang urgent. Instrumen itu dibutuhkan kalau sedang krisis karena rupiah diserang,“ katanya. Analis perbankan Mirza Adityaswara pun berpendapat senada. Menurut dia, sebelum memutuskan instrumen jangka pendek sebagai alat operasi moneter, BI harus menjelaskan secara detail ke publik. "Mau seperti apa, karena yang namanya overnight itu, fluktuasinya harian," papar dia. Rencana BI menggunakan instrumen jangka pendek overnight dilontarkan Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi A. Sarwono pekan lalu. Menurut dia, instrumen itu sudah umum digunakan banyak negara sebagai sinyal atau benchmark suku bunga. "Mereka tidak lagi menggunakan seperti SBI satu atau tiga bulan," katanya. "Melainkan yang jangka pendek, overnight atau tujuh hari." Pemilihan instrumen overnight, kata dia, pun untuk menyempurnakan lelang dalam melakukan operasi moneter. Saat ini, Bank Indonesia masih terus mengkaji rencana penggunaan instrumen tersebut. "Jadi, nanti yang kami umumkan yang overnight. Ini akan menjadi benchmark," ujarnya (Koran Tempo, Sabtu 17/2). Menurut Anggota Komisi Keuangan dan Perbankan Dradjad H. Wibowo, penggunaan instrumen jangka pendek overnight bisa menimbulkan volatilitas moneter yang lebih besar. Sehingga, Bank Indonesia harus benar-benar mempersiapkan secara matang terhadap rencana ini. “BI harus benar-benar yakin sudah punya mekanisme dan kemampuan sumber daya manusia yang memadai untuk mengelola volatilitas itu,“ Dradjad, mantan ekonom Indef ini. Mekanisme yang dimaksud, menurut dia, adalah sanksi jika ada pihak yang menyalahgunakan instrumen jangka pendek itu untuk insider trading atau jenis pelanggaran lainnya. “Tapi, memang dengan instrumen moneter jangka pendek, likuiditas bisa lebih cepat tersedia,“ ucapnya. Secara terpisah, Deputi Gubernur BI Aslim Tadjudin mengatakan, karena instrumen moneter bank sentral masih terbatas, maka SBI rata-rata satu maupun tiga bulan. belum akan dihapuskan. Meksipun, keberadaan SBI menyebabkan biaya moneter BI cukup tinggi. "Jika dihapus begitu saja tanpa pengganti, dikhawatirkan akan menimbulkan tekanan inflasi," katanya. SURYANI IKA SARI/ AGOENG WIJAYA
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia Tahun Depan Tetap Longgar, Apa Saja?

30 November 2023

Pemandangan gedung bertingkat di antara kawasan Sudirman Thamrin, Jakarta, Selasa, 21 November 2023. Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga 2023 tercatat 4,94 persen year on year (yoy). Angka tersebut turun dari kuartal sebelumnya mencapai 5,17 persen yoy, atau lebih rendah dari yang diperkirakan. TEMPO/Tony Hartawan
Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia Tahun Depan Tetap Longgar, Apa Saja?

Bank Indonesia tetap mempertahankan kebijakan makroprudensial longgar pada tahun 2024 mendatang.


BI Dorong Korporasi Terbitkan Surat Berharga Komersial

25 September 2019

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Destry Damayanti memberikan salam saat pelantikan di Gedung MA, Jakarta, Rabu, 7 Agustus 2019. Destry Damayanti resmi menjabat sebagai Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI). TEMPO/Tony Hartawan
BI Dorong Korporasi Terbitkan Surat Berharga Komersial

Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menyatakan instrumen itu untuk memberikan opsi bagi pelaku pasar dalam membantu pembiayaan jangka pendek.


Destry Sebut Kebijakan Pelonggaran Moneter Masih akan Berlanjut

7 Agustus 2019

Pimpinan DPR Bambang Soesatyo (kedua kiri) dan Agus Hermanto (kiri) dan Utut Adiyanto (kanan) memperkenalkan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia terpilih, Destry Damayanti (kedua kanan) saat Rapat Paripuna ke-23 Masa Persidangan V Tahun 2018-2019  di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis 25 Juli 2019. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Destry Sebut Kebijakan Pelonggaran Moneter Masih akan Berlanjut

Destry Damayanti mengatakan kebijakan pelonggaran moneter masih akan berlanjut dalam jangka waktu cukup panjang.


Suku Bunga Turun, Sri Mulyani: Likuiditas Negara Lebih Rileks

1 Agustus 2019

Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan sambutan saat Perayaan Hari Kemerdekaan AS ke-243 di kediaman Duta Besar AS di Jakarta, Kamis, 4 Juli 2019. Selain Sri Mulyani, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto pun turut hadir dalam acara tersebut. ANTARA
Suku Bunga Turun, Sri Mulyani: Likuiditas Negara Lebih Rileks

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan penurunan suku bunga pertanda perubahan arah kebijakan moneter dari bank sentral Amerika


Peluang Terbuka, BI Isyaratkan Suku Bunga Acuan Turun Lagi

22 Juli 2019

Gubernur Bank Indonesia atau BI Perry Warjiyo memberikan keterangan kepada wartawan saat Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Jakarta, Rabu, 15 Agustus 2018. Bank Indonesia memutuskan kembali menaikkan suku bunga acuannya atau BI 7-Day Reverse Repo Rate 25 basis poin (bps) atau 0,25 persen menjadi 5,5 persen. TEMPO/Tony Hartawan
Peluang Terbuka, BI Isyaratkan Suku Bunga Acuan Turun Lagi

Bank Indonesia sebelumnya telah menurunkan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps dari 6 persen ke 5,75 persen.


Kebijakan Moneter Lebih Akomodatif, LPS Rate Bakal Turun

24 Mei 2019

Destry Damayanti. facebook.com/destry.damayanti.3
Kebijakan Moneter Lebih Akomodatif, LPS Rate Bakal Turun

LPS mencatat selama dua bulan terakhir suku bunga simpanan perbankan mulai melandai dan cenderung stabil.


Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN+3 Bakal Melambat di 2019 dan 2020

1 Mei 2019

ADB: Pertumbuhan Ekonomi Asia Lebih Cepat
Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN+3 Bakal Melambat di 2019 dan 2020

Meski begitu, proyeksi pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang masih kembali meningkat karena didukung oleh kondisi fundamental yang kuat.


Suku Bunga Acuan Naik, Sinyal BI Mulai Perketat Moneter?

2 Juli 2018

Gedung Bank Indonesia. REUTERS/Iqro Rinaldi
Suku Bunga Acuan Naik, Sinyal BI Mulai Perketat Moneter?

Kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia dinilai pasar sebagai sinyal pengetatan moneter yang hati-hati dan terukur.


Stabilkan Ekonomi RI, Gubernur BI Siapkan 'Jamu' Moneter

17 Juni 2018

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kiri) mendapat ucapan selamat dari mantan Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo (kanan) usai pelantikannya di Mahkamah Agung, Jakarta, 24 Mei 2018. ANTARA
Stabilkan Ekonomi RI, Gubernur BI Siapkan 'Jamu' Moneter

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan dirinya telah menyiapkan lima 'jamu' khusus untuk menjaga kestabilan moneter.


Jokowi: Pemerintah Waspadai Risiko Akibat Normalisasi Moneter AS

15 Mei 2018

Presiden Joko Widodo (jokowi) menyampaikan arahan saat Pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Pusat dan Daerah Tahun 2018 di Jakarta, 14 Mei 2018. Jokowi mengingatkan agar dana desa yang telah dikucurkan dari 2015-2018 dengan total Rp187 triliun dipergunakan sebaik-baiknya. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Jokowi: Pemerintah Waspadai Risiko Akibat Normalisasi Moneter AS

Presiden Jokowi memastikan pemerintah akan selalu waspada terhadap risiko akan ketidakpastian ekonomi global akibat normalisasi moneter AS.