TEMPO.CO, Jakarta - Pedagang di Pasar Induk Beras Cipinang berencana menyampaikan keluhannya terhadap pemerintah atas penetapan harga eceran tertinggi (HET) beras. Mereka menyebut HET beras jenis medium yang diberikan pemerintah terlalu rendah, yakni Rp 9.450 per kilogram.
"Kami akan melakukan demo atau apa. Tapi lihat posisinya. Sebulan akan datang," kata Ketua Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang Zulkifly Rasyid saat dihubungi Tempo di Jakarta, Senin, 4 September 2017. Pemerintah mulai memberlakukan HET beras jenis medium Rp 9.450 dan premium Rp 12.800 per kilogram per 1 September 2017.
Zulkifly menuturkan sejauh ini banyak pedagang yang belum mengetahui regulasi HET beras yang telah ditetapkan pemerintah. Bagi yang sudah mengetahui aturan HET beras ini, kata dia, sebagian besar ingin menyampaikan masukan. "Ada yang mau bereaksi. HET terlalu rendah," ujarnya.
Menurut dia, gejolak HET beras belum terlihat karena baru berjalan beberapa hari. Apalagi HET baru berlaku di akhir pekan. "Pembelian di Sabtu-Minggu kemarin (saat HET beras berlaku) aktivitas jual-belinya belum kelihatan. Senin baru mulai transaksi terlihat," ucapnya.
Ia menuturkan beras jenis medium telah naik sejak pekan kemarin Rp 400-500. Untuk jenis beras IR64 kelas medium, pedagang di Cipinang awalnya menjual Rp 8.800 per kilogram. Namun sekarang sudah Rp 9.200 per kilogram.
Harga tersebut, kata Zulkifly, ada kemungkinan masih akan naik karena akan memasuki musim kemarau. Bahkan harga beras medium dan premium akan lebih mahal setelah sampai ke tingkat pengecer di pasar-pasar tradisional. "Sebulan setelah ini baru terasa," ucapnya. "Jadi harga untuk beras medium tidak nyambung."
Untuk beras premium, pihaknya akan lebih berat jika menyuplai ke supermarket. Sebab, untuk mengirim ke toko modern, pedagang membutuhkan biaya tambahan Rp 400 per kg dan biaya kemasannya Rp 1.700. "Seharusnya HET-nya dibagi ke tiga klasifikasi untuk masing-masing jenis," tutur Zulkifly.
IMAM HAMDI