TEMPO.CO, Jakarta - Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS) mencatat telah melakukan bongkar muat sebanyak 367.869 twenty foot equivalent unit (TEUs) hingga Juli 2017. TPKS sendiri menargetkan dapat melayani 677.669 TEUs.
Manajer Operasi dan Komersial TPKS, Taufiq Rachman, mengatakan saat ini perusahaan mampu melayani 800 ribu TEUs per tahun. Akan tetapi, kapasitas itu belum dimanfaatkan sepenuhnya oleh pelaku usaha karena kapasitas yang terpakai baru berkisar 600 ribu TEUs.
“Untuk meningkatkan pelayanan kami terus berbenah semaksimal mungkin seperti melakukan peninggian seaway hingga penambahan crane ARTG,” kata Taufiq di Semarang, Jawa Tengah, Selasa, 29 Agustus 2017.
ARTG crane adalah kependekan dari Automated Rubber Tired Gantry yang merupakan alat pengangkat peti kemas ke atas truk. Hingga Juli 2017, lamanya waktu bongkar muat peti kemas (dwelling time) di TPKS mencapai 5,5 hari.
Baca: Pengerukan Pelabuhan Komersial Akan Dibiayai Operator Pelabuhan
Taufiq mengatakan jika dilakukan breakdown, TPKS hanya memberikan andil 0,52 hari dalam proses ini ketika menurunkan barang dari kapal dan memindahkannya ke truk pengangkut. “Selebihnya berada di tangan pengguna jasa. Mungkin berkas administrasinya belum lengkap sehingga belum memperoleh persetujuan pengeluaran barang atau bisa juga keterbatasan gudang sehingga memilih menumpuk di pelabuhan,” kata Taufiq.
Ketua DPC Indonesian National Shipowners Assosiation (INSA) Semarang, Ridwan, mengatakan saat ini dunia usaha mengharapkan Terminal Peti Kemas Semarang terus melakukan moderenisasi untuk memudahkan layanan bagi dunia usaha, terutama untuk sarana pendukung seperti crane dan akses lainnya. Dia juga menyoroti layanan pelabuhan berbasis elektronik (Inaport) yang mulai diterapkan di Semarang pada 22 Agustus lalu oleh Kementerian Perhubungan.