TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance, Bima Yudhistira, mengkritisi pemerintah terkait utang yang terus bertambah dari tahun ke tahun. Menurut dia, walaupun utang di bawah 30 persen dari produk domestik bruto, porsi kepemilikan investor asing cukup besar.
"Utang Indonesia itu 39 persen dikuasai asing," kata Bima dalam diskusi terkait Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2018 di Restoran Warung Daun, Jakarta Pusat, Jumat, 25 Agustus 2017.
Baca: Sri Mulyani: Pemerintah Masih Nyicil Utang Warisan Krisis
Dengan dikuasainya utang oleh investor asing, menurut Bima, risiko keuangan harus dimitigasi dengan lebih ketat. "Ketika asing hijrah bersama-sama ketika ekonomi kurang bagus, aliran modal ke luar Indonesia bisa menyebabkan ekonomi kita terguncang," tuturnya.
Sementara negara lain seperti Jepang, Bima berujar, apabila utang mencapai 200 persen dari PDB tidak masalah. "Karena 70 persen kepemilikan utang oleh warga negara Jepang. Ketika kondisi Jepang memburuk dan surat utangnya dijual, uang masih beredar di Jepang," ujar Bima.
Simak: Saat Dilantik Jokowi Dapat Warisan Utang Rp 2.700 Triliun
Politikus Partai NasDem, Johnny G. Plate, mengatakan agar masyarakat tidak perlu takut apabila pemerintah berutang. Saat ini, secara jumlah, utang Indonesia sekitar Rp 3.600 triliun atau 27-28 persen dari PDB. "Negara lain sekelas Indonesia rasio utangnya sekitar 60 persen," katanya.
Selain itu, menurut Johnny, utang digunakan untuk belanja yang produktif sehingga menghasilkan penerimaan baru yang digunakan untuk membayar pinjaman. "Prosesnya pun prudent. Kami percaya pemerintah memiliki tata kelola yang baik sehingga tidak perlu dikhawatirkan."
ANGELINA ANJAR SAWITRI