TEMPO.CO, Jakarta - PT PP (Persero) Tbk melalui anak usaha PT PP Energi mengakuisisi kilang minyak PT Inti Perkasa di Banteng Sulawesi Selatan. Nilai investasi dari aksi akuisisi ini sekitar Rp 6-7 triliun.
Direktur EPC and International Corporation PT PP Abdul Haris Tatang mengatakan, kapasitas kilang minyak itu sekitar 30 ribu barel minyak per hari (BOPD), dengan produksi minyak mentah (crude oil) yang nantinya diolah menjadi bensin, pertamax dan aspal.
“Akuisisinya sudah lama, hanya ini secara ilegal baru bulan lalu dan bulan ini. Sudah jalan di lapangan. Mulai Juni tahun ini, semester lalu ya,” tutur Abdul Haris Tatang dalam acara Public Expose Marathon di Bursa Efek Indonesia, Senin, 7 Agustus 2017.
Simak: Investor Rusia Minati Proyek Kilang Minyak di Lombok Utara
Dalam proses akuisisi itu, saat ini komposisi saham masih 49:51, mayoritas dipegang oleh Inti Perkasa. Namun ke depannya, mereka akan menjadi pemegang saham mayoritas secara bertahap sebesar 74 persen, dan sisanya sebanyak 26 persen akan tetap dimiliki oleh PT Inti Perkasa.
“Nantinya 74:26. Ini masih proses bertahap, sekarang masih 49:51,” tuturnya.
Dalam proses akuisisi itu, PT PP langsung memberikan suntikan modal kepada PT PP Energi sekitar Rp 6-7 triliun, yang berasal dari Capital Expenditure (capex) perseroan. Ia menambahkan, minat PT PP untuk berekspansi bisnis di bidang perminyakan didasarkan pada kebutuhan minyak yang tinggi di Indonesia. Ke depannya, mereka akan meningkatkan kapasitas, karena 30 ribu BOPD per hari dirasa terlalu kecil.
“Kalau lihat di koran beberapa hari yang lalu, Indonesia kekurangan minyak dan kilang. Kondisi seperti itu, saya sudah bergerak. Saya udah baca, ada domain yang cukup besar, dan Indonesia Timur yang masih kurang, kami sudah ada di situ,” ucap dia.
Adapun hasil olahan dari kilang minyak itu akan disalurkan ke beberapa pihak, salah satunya perusahaan tambang minyak milik negara PT Pertamina untuk wilayah Indonesia Timur.
DESTRIANITA