TEMPO.CO, Jakarta - Analis Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, mengatakan rilis inflasi Juli 2017 sebesar 0,22 persen tidak cukup kuat mempertahankan rupiah di zona hijau. Bahkan pergerakan dolar Amerika Serikat yang melemah juga tidak menjadi sentimen bagi rupiah untuk tetap di area positif.
"Menguatnya yen Jepang, yuan Cina, dan euro Eropa malah menjadi alternatif pelaku pasar untuk transaksi di pasar valas dibanding rupiah. Akibatnya, permintaan rupiah yang turun membuat lajunya cenderung tertahan," kata Reza dalam risetnya, Rabu, 2 Agustus 2017.
Penguatan sejumlah mata uang, menurut Reza, belum dapat terserap oleh rupiah. Rupiah akan cenderung melemah tipis. "Diharapkan kondisi ini dapat membaik, di mana penguatan dapat terjadi dengan memanfaatkan penguatan sejumlah mata uang Asia terhadap dolar Amerika," ujarnya.
Reza berujar pelaku pasar tetap harus mewaspadai berbagai sentimen yang dapat menahan penguatan rupiah dan akhirnya membuat laju rupiah kembali melanjutkan pelemahan. Dia memprediksi rupiah akan bergerak dengan kisaran support 13.335 dan resisten 13.298.
Beberapa hari terakhir, menurut Reza, laju rupiah mulai menguat. Namun penguatan tersebut harus kembali diuji ketahanannya, sehingga nantinya dapat mengkonfirmasi rupiah bergerak sideways atau mulai menguat. Dia berharap sejumlah mata uang Asia terhadap dolar Amerika masih menguat.
Penguatan sejumlah mata uang Asia terhadap dolar Amerika, seperti yen Jepang dan yuan Cina, menurut Reza, mampu memberi imbas positif pada rupiah. Namun dia mengingatkan pelaku pasar tetap mewaspadai berbagai sentimen yang dapat menahan penguatan laju rupiah.
ANGELINA ANJAR SAWITRI