TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menuturkan pentingnya menerapkan gerakan Indonesia bersih. Hal itu terkait dengan posisi Indonesia yang menempati peringkat kedua setelah Cina sebagai negara paling kotor dalam hal pengelolaan sampah plastik.
Baca: Pemerintah Targetkan Kurangi Sampah Plastik pada 2025
Untuk menyelesaikan hal tersebut, Indonesia akan memenuhi undangan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 4 Juni mendatang. "Ini harus kita selesaikan, karena ini merupakan masalah global. Ini sudah dibawa ke PBB untuk diselesaikan," kata Luhut di gedung Sasana Kriya, Jakarta Timur, Kamis, 4 Mei 2017.
Baca: Luhut Kirim Tim ke India untuk Belajar Kelola Sampah Plastik
Menurut Luhut, Indonesia sebagai negara kepulauan banyak kebagian sampah plastik. Sampah tersebut sangat berbahaya jika tertelan ikan dan ikan itu dikonsumsi manusia, terutama para calon ibu. Sebab, itu akan berdampak buruk terhadap jabang bayi. "Karena itu, kami sepakat soal masalah plastik ini, karena ini serius," ucapnya.
Sebelumnya, Kementerian Koordinator Kemaritiman telah mengirimkan tim ke Chennari, India, untuk belajar mengelola sampah plastik. Di India, jalan sepanjang 5.000 kilometer seluruhnya terbuat dari sampah plastik.
Hal tersebut karena India setiap hari menghasilkan 15 ribu ton sampah plastik. Sekitar 40 persen sampah plastik itu tidak pernah dikumpulkan dan dibuang ke tempat pembuangan akhir.
“India mengelola sampah plastik sejak 2002. Plastik itu sudah dibikin bagian badan jalan, minimal enam tahun maksimal 15 tahun bertahan. Kami ingin buat supaya dampak plastik ini tak banyak,” tutur Luhut pada Jumat, 24 Maret lalu.
DESTRIANITA