TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan laju inflasi cenderung mengalami kenaikan menjelang bulan puasa dan Lebaran. Hal itu disebabkan oleh tingginya permintaan terhadap bahan makanan. Dia pun meminta pemerintah mengendalikan inflasi pada Mei dan Juni.
"Apalagi ada rencana kenaikan tarif listrik pada Mei. Kalau pemerintah berkomitmen membuat bahan makanan deflasi, itu akan menetralkan. Kami berharap pada Mei dan Juni terkontrol karena pada Januari-Maret bahan makanan deflasi," ujar Suhariyanto di kantor BPS, Jakarta, Selasa, 2 Mei 2017.
Baca: BPS: Inflasi 2016 Sentuh Angka 3,02 Persen
Menurut Kecuk—sapaan akrab Suhariyanto—dampak kenaikan tarif listrik 900 voltampere (VA) akan lebih terasa pada Juni 2017 dibandingk Mei 2017. Hal itu karena lebih besarnya jumlah pelanggan pascabayar yang membayar pada Juni dibandingkan dengan jumlah pelanggan prabayar yang membayar pada Mei.
Meskipun begitu, Kecuk optimistis target inflasi pemerintah sebesar 4 plus-minus 1 persen masih bisa tercapai. Laju inflasi pada April memang mencapai 0,09 persen. Namun, menurut data BPS, tingkat inflasi tahun kalender (Januari-April) 2017 baru mencapai 1,28 persen.
Baca: BPS: Inflasi Januari 2017 Sebesar 0,97 Persen
Kecuk menilai, inflasi yang terjadi pada April sesuai dengan target pemerintah. Tahun ini, tantangan terbesar inflasi memang ada pada inflasi komponen administered price (harga barang/jasa yang diatur oleh pemerintah) akibat rencana kenaikan tarif listrik pada Januari, Mei, dan Juni. "Tapi dari awal tahun pemerintah sudah membuat persiapan."
Cara untuk menahan inflasi komponen administered price, menurut Kecuk, adalah mengelola inflasi bahan makanan. "Betul inflasi administered price tinggi. Tapi masih mampu dinetralkan oleh bahan makanan. Banyak kebijakan yang dilakukan pemerintah di sana," tutur Kecuk.
Pada April, menurut BPS, laju inflasi mencapai 0,09 persen. Inflasi komponen inti pada April sebesar 0,13 persen. Sementara itu, komponen administered price mengalami inflasi hingga 1,27 persen dan komponen volatile food (bahan makanan yang harganya sangat berfluktuasi) mengalami deflasi hingga minus 1,26 persen.
ANGELINA ANJAR SAWITRI