TEMPO.CO, Jakarta - Tingkat pengangguran perkotaan di Cina berhasil turun di bawah 4 persen untuk pertama kali sejak beberapa tahun terakhir pada kuartal I tahun 2017. Kementerian Sumber Daya Manusia dan Tenaga Kerja Cina menyebutkan, tingkat pengangguran turun 3,97 persen. Adapun, pada periode tersebut, 3,34 juta pekerjaan baru telah ditambah.
“Fakta ini menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Cina yang melambat, tidak menciptakan pengangguran besar-besaran. Stabilitas sosial dapat terkendali," ujar juru bicara Kementerian Sumber Daya Manusia dan Tenaga Kerja Cina Lu Aihong, seperti dikutip dari Reuters, Selasa, 25 April 2017.
Adapun berdasarkan data Biro Statistik Nasional (NBS) Cina tingkat pengangguran resmi terkahir kali berada di bawah 4 persen terjadi pada 2001 yang mencapai 3,6 persen.
Tingkat pengangguran itu terus naik, di mana periode 2010-2015 menjadi level tertingginya dengan rata-rata tingkat pengangguran mencapai 4,1 persen. Terakhir pada 2016, tingkat pengangguran nasional mencapai 4,02 persen.
Sebelumnya, Perdana Menteri China Li Keqiang mengatakan bahwa Cina berhasil menambahkan 13,14 juta pekerjaan baru pada 2016. Dia mengatakan, pemerintah berambisi menambah 11 juta lapangan kerja baru lagi pada tahun ini, sambil mempertahankan tingkat pengangguran di bawah 4,5 persen.
Akan tetapi sejumlah analis menilai, data pengangguran Cina tersebut tidak dapat diandalkan dan tidak mewakili gambaran perekonomian Cina secara umum. Pasalnya penghitungan yang dilakukan hanya meliputi penduduk perkotaan. Sementara penduduk pedesaan tidak disertakan.
Meskipun mengalami penurunan, Aihong menegaskan bahwa pemerintah Cina memiliki pekerjaan rumah untuk menyiapkan lapangan kerja baru bagi para pekerja di sektor baja dan batu bara. Pemangkasan kapasitas produksi di kedua kawasan yang diprakrasai oleh Pemerintah Beijing itu diperkirakan akan menimbulkan limpahan pengangguran baru hingga 500 ribu pekerja.
Banyaknya perusahaan zombie juga menciptakan persoalan produktivitas negara. Perusahaan zombie adalah perusahaan yang secara teknis tidak beroperasi maksimal, dan hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah.
Perusahaan tersebut memperkerjakan banyak pegawai dengan upah yang rendah atau bahkan tak dibayar beberapa bulan. Mereka enggan melakukan pemecatan lantaran takut dikenai hukuman pemerintah. Perusahaan-perusahaan tersebut banyak tersebar di kawasan industri di Cina Utara.