TEMPO.CO, Seoul - Raksasa telepon seluler asal Korea Selatan, Samsung Electronics, menuntaskan investigasi penyebab meledaknya baterai telepon seluler Galaxy Note 7.
Kepala Bisnis Samsung Dong-jin Koh, dalam konferensi pers di Seoul kemarin, mengakui ada cacat di baterai perangkat seluler yang diluncurkan pada Agustus 2016 itu.
Baca: Ini Daftar Lengkap Perusahaan Donald Trump di Indonesia
“Penyebab utama kasus terbakarnya Galaxy Note 7 adalah defleksi pada elektroda negatif baterai," kata Koh, seperti dikutip dari Reuters, Senin, 23 Januari 2017. “Posisi ujung elektroda negatif yang salah juga menyebabkan potensi baterai meledak lebih tinggi.”
Lebih rinci, Koh menjelaskan, baterai lithium-ion yang dipakai Galaxy Note 7 disusun dalam tiga lapisan, yakni elektroda positif, elektroda negatif, dan lapisan fisik pemisah kedua elektroda.
Baca: Dampak Trump, Pemerintah Diminta Waspadai Pelarian Dana
Ketika elektroda positif dan negatif bersentuhan, maka akan terjadi korsleting pada sel baterai yang berujung ledakan atau timbul percikan api. “Ada cacat pada sudut kanan atas sel baterai yang membuat elektroda bersentuhan,” ujarnya.
Masalah ini terjadi pada baterai yang diproduksi sendiri oleh Samsung. Namun, saat Samsung menunjuk vendor lain untuk mengganti baterai, kasus korsleting tetap terjadi.
Rupanya, kata Koh, baterai buatan vendor lain tersebut juga terjadi kesalahan perakitan berupa kebocoran tembaga cair pada lapisan elektroda negatif.
Kebocoran itu, ujar Koh, diduga akibat proses penyolderan. “Jadi timbul kontak antara elektroda positif dan negatif serta korsleting tetap terjadi,” ucapnya. Koh memastikan cacat tersebut hanya terjadi pada baterai. “Problem ini murni disebabkan masalah baterai, bukan karena perangkat lunaknya.”
Akibat masalah ini, Samsung menarik ulang sekitar 2,5 juta unit perangkat Galaxy Note 7 dari 10 negara. Samsung pun terpaksa menyetop produksi ponsel tersebut. Diperkirakan Samsung menelan kerugian hingga US$ 5,3 miliar akibat masalah ini.
Proses investigasi ini melibatkan 700 ahli dan 200 ribu unit perangkat Galaxy Note 7 serta 30 ribu unit baterai. Samsung juga meminta bantuan pemeriksa eksternal dari perusahaan independen dan pakar dari perusahaan Jerman, TUV Rheinland.
Pasca-kasus ini, Samsung berusaha mengembalikan kepercayaan konsumen. Koh mengatakan Samsung menjamin keamanan perangkat buatannya dengan menerapkan standar pemeriksaan yang lebih ketat, ditambah pemeriksaan keamanan baterai sebanyak 8 titik.
Samsung dikabarkan berencana mengeluarkan produk baru pengganti Galaxy Note 7, yakni Galaxy S8 pada Maret atau April tahun ini.
REUTERS | PRAGA UTAMA