TEMPO.CO, Jakarta - Pelemahan indeks harga saham gabungan (IHSG) berlanjut hingga penutupan perdagangan akhir pekan kemarin. Pada Jumat, 13 Januari 2017, IHSG ditutup koreksi 0,37 persen di level 5.272,98. Asing mencatatkan aksi jual bersih (nett sell) Rp 364,61 miliar dari hari sebelumnya nett sell Rp 155,72 miliar.
Analis Senior dari Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, mengatakan pada perdagangan Senin esok, 16 Januari 2017, indeks diperkirakan masih akan mengalami koreksi, seiring masih adanya sentimen negatif dari pasar global, sedangkan dari dalam negeri sentimen positif masih minim.
"IHSG berpotensi melanjutkan penurunan. Tetapi kami berharap penurunan ini akan terbatas. Tetap waspadai sentimen yang bisa membawa IHSG turun lebih dalam," katanya dalam keterangan tertulisnya, Ahad, 15 Januari 2017.
Baca : Bursa Efek Indonesia Akan Tambah Jumlah Efek Marjin
Menurut Reza, imbas pergerakan laju bursa saham global yang cenderung melemah pasca merespons pidato Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang tidak detail dalam mengelaborasi program-program pemerintahannya membuat IHSG cenderung turun. Ditambah lagi dengan adanya sentimen negatif dari penilaian laju inflasi bulanan pada Januari tahun ini yang berpotensi menembus angka 1 persen, yang akan dipicu oleh inflasi harga yang diatur pemerintah (administered prices).
Terutama kenaikan inflasi pada kenaikan tarif listrik, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi, kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) rokok, hingga kenaikan tarif pengurusan surat kendaraan bermotor.
Selain itu pelaku pasar juga dikhawatirkan adanya imbas aturan revisi beleid soal kegiatan usaha mineral dan batubara yang memperbolehkan ekspor mineral mentah khususnya jenis nikel dan bauksit. Hal tersebut membuat pelaku pasar memiliki penilaian akan turunnya harga komoditas dengan bertambahnya pasokan yang akhirnya turut menekan laju IHSG.
Baca : IHSG Dibuka Naik Tipis 0,12 Persen ke 5.299,05
Padahal sebenarnya Reza melihat masih adanya sentimen positif dari dalam negeri. Seperti perkiraan Bank Indonesia terhadap pertumbuhan kredit akan berada di level 10 persen-12 persen lebih tinggi dari realisasi pertumbuhan kredit 9 persen. Serta rencana aturan Bursa Efek Indonesia (BEI) yang akan menambah jumlah daftar efek yang dapat ditransaksikan secara marjin menjadi 200 efek pada Februari 2017. Meski demikian, sentimen tersebut tidak cukup kuat mengangkat IHSG.
DESTRIANITA