TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia mengklaim rencana demonstrasi besar yang dilakukan ormas Islam, Jumat, 4 November 2016, tidak berpengaruh terhadap pergerakan nilai tukar rupiah. Bank Indonesia melihat kurs rupiah justru meningkat.
"Rupiah cenderung stabil bahkan menguat. Tidak ada indikasi pelemahan," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo seusai acara BI Institute Leadership Forum II di Jakarta, Kamis, 3 November 2016.
Baca Juga:
Pernyataan Perry bertolak belakang dengan prediksi para analis. Sebelumnya, analis dari Danareksa Sekuritas, Lucky Bayu Purnomo, memprediksi IHSG dapat terkoreksi ke level 5.390 dari kisaran normalnya di 5.450. Sedangkan rupiah diperkirakan dapat melemah ke 13.150 dari posisi saat ini di kisaran 13.000 per dolar Amerika Serikat.
Lucky menuturkan, pada dasarnya, kondisi IHSG dan rupiah saat ini sudah cenderung tertekan. Hal ini juga berkaitan dengan adanya demonstrasi besar anti-Basuki Tjahaja Purnama pada 4 November.
Perry menuturkan bahwa kecenderungan stabilitas bahkan meningkatnya nilai tukar rupiah ini disebabkan oleh faktor masuknya arus modal asing ke Indonesia. "Inilah yang tetap memberikan sentimen positif kepada rupiah," katanya.
Meskipun di tengah kondisi ketidakpastian ekonomi global, kata Perry, dana asing tersebut diperkirakan akan tetap masuk hingga akhir tahun nanti. "Dana ini tidak hanya dari portofolio ataupun penanaman modal asing (PMA), tapi juga dari dana repatriasi," ucap Perry.
FAJAR PEBRIANTO | PRAM