TEMPO.CO, Jakarta - Kenaikan harga minyak mentah hingga US$ 51 per barel pada Senin malam, 10 Oktober 2016, dan pergerakan positif di pasar saham global diperkirakan mempengaruhi sentimen pasar pada perdagangan hari ini, Selasa, 11 Oktober 2016.
Menurut analis ekonomi dari First Asia Capital, David Sutyanto, IHSG diperkirakan berpeluang menguat setelah terkoreksi dalam empat hari perdagangan terakhir. Selain saham sektoral berbasis energi, seperti batu bara, peluang penguatan akan ditopang saham-saham yang diuntungkan dengan penguatan rupiah atas dolar Amerika Serikat yang saat ini berada di bawah 13 ribu.
"IHSG diperkirakan bergerak dengan support di posisi 5.330 dan di resisten di level 5.410 cenderung menguat," ujar David dalam pesan tertulisnya, Selasa.
Pada Senin malam, bursa global berhasil menguat setelah dua sesi perdagangan sebelumnya terkoreksi. Indeks saham Eurostoxx di Uni Eropa menguat 1,17 persen di posisi 3.035,76. Di Wall Street, indeks DJIA dan S&P masing-masing menguat 0,49 persen dan 0,46 persen ditutup di level 18.329,04 dan 2.163,66.
Menurut David, penguatan di bursa saham global terutama ditopang kenaikan saham sektor energi setelah harga minyak mentah tadi malam di Amerika Serikat kembali menguat 3 persen di posisi US$ 51,35 per barel. "Kenaikan harga minyak mentah ini dipicu pernyataan Rusia yang menyetujui langkah OPEC yang akan mengurangi produksinya," tuturnya.
Selain itu, hasil debat kandidat Presiden Amerika Serikat yang kembali menempatkan Hillary Clinton lebih unggul daripada Donald Trump ikut menyulut sentimen positif di pasar saham global.
Dalam pasar domestik, perdagangan saham di awal pekan kemarin berjalan kurang bergairah. Minimnya insentif positif di pasar dan meningkatnya risiko pasar saham global menyusul rencana kenaikan bunga di Amerika Serikat akhir tahun ini membuat pemodal cenderung wait and see.
IHSG setelah bergerak dalam rentang 27 poin akhirnya tutup di posisi 5.360,828 atau melemah 16,32 poin (0,30 persen). Nilai transaksi di pasar reguler hanya mencapai Rp 3,3 triliun, jauh menurun dibanding rata-rata harian pekan lalu yang mencapai Rp 4,78 triliun. Saham sektor batu bara masih melanjutkan tren menguat seiring terus naiknya harga batu bara.
"Perdagangan saham kemarin terutama didominasi saham-saham lapis kedua dan ketiga. Sedangkan saham berkapitalisasi besar cenderung terkoreksi," tutur David.
DESTRIANITA