TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi S. Lukman mengatakan peluang industri makanan dan minuman di Indonesia masih baik. Untuk potensi pasar ASEAN, selain Thailand, Vietnam dan Filipina mulai diperhitungkan.
Sayangnya, industri makanan dan minuman masih terhambat bahan baku. "Banyak bahan baku kita yang masih impor," ujar Adhi di Jakarta International Expo Kemayoran, Rabu, 21 September 2016.
Menurut Adhi, sekitar 70 persen bahan baku untuk industri makanan dan minuman masih diimpor. Salah satu penyebabnya adalah masih kurangnya integrasi dari hulu ke hilir. "Misalnya bumbu-bumbu, powder, atau ekstrak buah-buahan, masih impor. Padahal kita ada bahan bakunya," ujarnya.
Sebagai contoh, beberapa industri di Indonesia mengumpulkan bahan baku selama 2-3 minggu per bulan. Kemudian mereka berhenti berproduksi karena bahan baku habis dan menunggu sampai ada lagi. "Ini yang harus diperhatikan," katanya.
Adhi meminta pemerintah serta pengusaha industri makanan dan minuman dapat saling mendukung membuat industri ini terus berkembang. Misalnya dengan mendukung inovasi produk-produk makanan dan minuman baru.
Menurut Adhi, saat ini Thailand memiliki cara bagus untuk mengatasi kekurangan bahan baku. Pemerintah di sana membuat beberapa cluster industri. Contohnya cluster industri berbasis umbi, kelapa, dan buah-buahan. Kemudian bahan baku akan dipasok sampai ke cluster-cluster tersebut. "Sehingga fokus dan perhitungan berapa bahan baku yang dibutuhkan tepat," ucapnya.
Meskipun banyak mengandalkan bahan baku impor, Adhi mengatakan, pertumbuhan industri makanan dan minuman masih cukup baik. Walaupun ada juga yang mengalami penurunan. "Misalnya untuk pengusaha kelas menengah ke bawah, pertumbuhannya menurun. Ini disebabkan beberapa faktor," tuturnya.
Adhi mengatakan salah satu faktor penyebab penurunan itu adalah perlambatan ekonomi di beberapa daerah pinggiran. "Sehingga masyarakat mulai mengurangi konsumsi makanan dan minuman. Mereka hanya akan mengutamakan konsumsi untuk makanan pokok," katanya.
Perusahaan yang tidak mempunyai produk baru pun, menurut Adhi, memiliki kecenderungan menurun. Berbeda dengan perusahaan yang punya produk baru. Karena memiliki barang baru yang dapat dipasarkan, usaha mereka akan tetap meningkat.
ODELIA SINAGA
Baca:
Sri Mulyani: Pemerintah Bakal Terus Menagih Pajak Google
Marah ke Uni Eropa, Duterte Acungkan Jari Tengah: Persetan