TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak turun menjadi di bawah US$ 50 per barel, Rabu, 22 Juni 2016. Penurunan harga terjadi setelah data resmi menunjukkan adanya kemunduran terhadap persediaan minyak dan peningkatan pasokan bensin Amerika Serikat.
"Data Badan Informasi Energi Amerika Serikat 'cukup mengecewakan' dengan penarikan moderat dalam stok minyak mentah dan lonjakan stok bensin," kata konsultan energi Houston, Andy Lipow, seperti dilansir kantor berita AFP.
Patokan Amerika Serikat, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman pada Agustus turun 72 sen menjadi berakhir di US$ 49,13 per barel di New York Mercantile Exchange.
Di London, minyak Brent North Sea untuk pengiriman Agustus kehilangan 74 sen menjadi ditutup pada US$ 49,88 per barel.
Dalam laporan cadangan minyak mingguan Amerika Serikat, stok bensin berada di 237,6 juta barel per 16 Juni, naik 0,1 persen dari pekan lalu dan 8,8 persen dari periode yang sama pada tahun lalu. Musim panas adalah musim terberat untuk mengemudi di Amerika Serikat.
Seperti pasar keuangan, pasar minyak sedang menunggu hasil referendum Inggris pada Kamis, 23 Juni 2016, apakah negara itu akan meninggalkan Uni Eropa atau tidak.
Ekuitas Amerika Serikat melemah sore hari, menyusul jajak pendapat yang menunjukkan kubu "meninggalkan" sedikit berada di depan.
Harga minyak telah terdorong kembali ke kisaran US$ 50 setelah merosot di hampir US$ 25 per barel pada Februari karena gangguan pasokan di Kanada dan Nigeria mementahkan kekhawatiran tentang melimpahnya pasokan global.
ANTARA