TEMPO.CO, Jakarta - PT Unilever Indonesia (UNVR) meraih pertumbuhan penjualan sebesar 5,7 persen menjadi Rp 36,5 triliun sepanjang 2015. Kenaikan penjualan itu pun mengatrol laba perseroan. Sepanjang tahun lalu, laba bersih Unilever tercatat tumbuh 2 persen (sebelum restatement) menjadi Rp 5,85 triliun.
Direktur Governance & Corporate Affairs dan Sekretaris Perusahaan Sancoyo Antarikso mengatakan pertumbuhan penjualan perseroan yang tercatat single-digit itu sangat dipengaruhi okondisi makro-ekonomi Indonesia yang masih belum kondusif. "Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia yang melemah, yakni 4,8 persen, menyebabkan turunnya konsumsi masyarakat selama 2015," katanya dalam siaran tertulis, Kamis, 31 Maret 2016.
Sancoyo menyatakan, tahun lalu perseroan membukukan pertumbuhan penjualan dalam negeri sebesar 6,6 persen. Namun, karena ada penurunan penjualan untuk ekspor, secara keseluruhan total pertumbuhan penjualan ditutup di 5,7 persen.
Menurut dia, kondisi perekonomian telah menunjukkan perbaikan di kuartal tiga 2015. Bagaimanapun, pelemahan rupiah pada pertengahan tahun, hingga mencapai nilai terendah pada Rp 14.697 sangat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan secara keseluruhan. “Hal ini menjadi tantangan besar bagi perseroan, karena sekitar 55 persen dari input costs kami berkaitan dengan hard currencies. “
Selama 2015, Sancoyo lebih jauh menjelaskan, perseroan juga tetap menggiatkan investasi. Salah satu inisiatif utama yang dieksekusi pada 2015 adalah pembukaan pabrik bumbu masak yang baru di Cikarang, yang diresmikan oleh Menteri Perindustrian pada Agustus 2015. Peluncuran pabrik seluas 6,2 hektare ini merupakan tonggak penting dalam pengembangan bisnis pangan perseroan dalam jangka panjang. Pabrik ini juga memiliki desain ramah lingkungan dan mendapatkan penghargaan Silver Certificate for Leadership in Energy dan Environmental Design (LEED) dari U.S. Green Building Council.
Tahun 2016 akan disikapi perseroan secara optimis tapi tetap berhati-hati. Dalam 12 bulan ke depan, papar Sancoyo, kinerja perseroan akan sangat tergantung pada kekuatan portofolionya. “Kami akan tak henti-hentinya berfokus untuk memahami konsumen, menganalisis pergeseran perilaku dan preferensinya, untuk dapat mengembangkan inovasi yang secara jitu menjawab kebutuhan mereka,” tuturnya.
PINGIT ARIA