TEMPO.CO, Nusa Dua - Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengatakan negara maju sebagai konsumen juga bertanggung jawab mencari solusi dari masalah keberlanjutan produk sawit. Tanggung jawab ini bukan hanya milik produsen yang kebanyakan adalah negara-negara berkembang.
“Negara-negara maju harus mengakui bahwa dalam jangka panjang, negara dengan produk kompetitif lebih mungkin berhasil,” ujar Darmin saat membuka Konferensi Internasional Kelapa Sawit dan Lingkungan atau International Conference on Oil Palm and Environment (ICOPE) 2016 yang kelima di Nusa Dua, Bali, Rabu, 16 Maret 2016.
Selain negara maju, negara berkembang yang memiliki produk kompetitif, seperti sawit, lebih mungkin memberantas kemiskinan. Negara berkembang lebih mungkin mendapatkan sumber daya tambahan untuk melindungi rakyat, lingkungan, dan kepentingan ekonominya.
Karena itu, Darmin menginginkan negara-negara maju juga membantu negara-negara berkembang untuk mendukung upaya ini. “Negara-negara maju juga harus mencoba menyediakan dana ketimbang hanya bicara,” ucapnya. “Sebagai ekonom, saya menggunakan istilah kesediaan untuk membayar.”
Darmin berpendapat pola pikir mengenai keberlanjutan juga harus diubah karena hal ini bukan hanya tanggung jawab produsen, tapi juga konsumen. Dia berharap konsumen membayar secara premium produk yang berkelanjutan. “Boikot produk seperti yang terjadi dalam kasus Iran dan Korea Utara bukanlah solusi. Saya percaya dialog,” tuturnya.
ICOPE merupakan pergelaran dua tahunan yang diselenggarakan PT Smart Tbk, bekerja sama dengan WWF Indonesia dan CIRAD Prancis. ICOPE 2016 mengusung tema “Sawit Berkelanjutan dan Perubahan Iklim: Jalan ke Depan Melalui Mitigasi dan Adaptasi” serta diikuti 400 ilmuwan internasional, pejabat pemerintah, masyarakat sipil, dan perwakilan industri, peneliti, serta akademikus dari 17 negara.
Para delegasi ini nantinya akan membahas berbagai isu, dari dinamika terjadinya El Nino atau La Nina pada masa depan hingga bagaimana peran industri kelapa sawit dalam mitigasi. Selain itu, dibahas perhitungan jejak karbon dan pengurangan emisi dari industri kelapa sawit.
BAGUS PRASETIYO