TEMPO.CO, Bangkalan - Terletak di Kecamatan Kwanyar, secara geografis Desa Morkoneng sama dengan desa-desa lain di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur. Bedanya hanya pada tradisi. Sejak puluhan tahun silam, warga desa yang berjarak sekitar 15 kilometer dari Jembatan Surabaya-Madura (Suramadu) atau 25 kilometer dari pusat Kota Bangkalan ini masyhur sebagai penyantap belalang. Di sini belalang dikunyah sehari-hari layaknya ikan laut atau daging ayam.
"Rasanya gurih dan renyah seperti udang," ujar Kepala Desa Morkoneng Ainul Yaqin, yang membuka percakapan sembari nyemil sepiring belalang goreng pedas di hadapannya. "Lebih mantap lagi kalau dimakan dengan nasi hangat, bisa nambah dua kali," katanya, Minggu, 6 Maret 2016.
Tak ada cacatan resmi sejak kapan warga Morkoneng hobi makan belalang. Cerita jamak di masyarakat, tradisi ini berawal dari kebiasaan para petani yang kehabisan bekal saat meladang. Untuk mengusir rasa lapar, mereka kemudian memanggang belalang yang biasa dijumpai di kebun dan ladangnya. "Kalau cerita orang tua, kakek buyut saya dulu juga makan dengan menu belalang goreng," ujar Ainul.
Untuk menikmati menu belalang, warga Morkoneng tak perlu repot menangkap sendiri. Setiap pagi, pukul 07.00-11.00 siang, banyak pedagang menjajakan belalang. Lokasinya tepat di seberang jalan depan pasar Morkoneng. "Belalangnya, Mas, murah," kata pedagang yang mayoritas kaum hawa, setiap kali ada orang melintas di hadapannya, baik jalan kaki atau naik kendaraan.
Diletakkan di atas meja, ribuan belalang berdesakan dalam karung berbahan jaring. Agar memudahkan melayani pembeli, beberapa ekor telah dikemas berbeda dalam kantong plastik, baik masih hidup atau sudah terpotong-potong agar mudah memasaknya. Biasanya belalang dipotong jadi dua bagian: kepala dan badan. Bagian yang dibuang adalah betis yang berduri, buntut belakang, isi perut, dan sayap. "Harganya Rp 10 ribu per bungkus isi seratus ekor," kata Hosna, 50 tahun, salah satu pedagang belalang.
Baca Juga:
Jualan belalang, kata dia, hanya dilakukan saat musim penghujan antara November dan Mei karena mudah didapat. Tiga tahun berjualan belalang, Hosna merasakan nikmatnya. Setiap hari, ibu dua anak ini, bisa bawa pulang uang Rp 100-150 ribu. Jauh lebih besar dibandingkan pendapatannya ketika masih bekerja sebagai buruh tani yang sebesar Rp 30 ribu per hari. "Pendapatan saya ini kecil, yang lain ada yang Rp 500 ribu sehari," tutur Hosna.
Ripin, 50 tahun, juga warga Morkoneng dikenal sebagai "pakar" dalam menangkap belalang. Berbekal lampu sorot di kepala dan dibantu anaknya, tiap hari Ripin menempuh perjalanan jauh ke Desa Sreseh, Kabupaten Sampang, untuk menangkap belalang. Berangkat pukul 16.00 sore dan pulang pukul 01.00 dinihari. Jarak Morkoneng-Sreseh ditempuh lebih dari satu jam dengan sepeda motor. "Di Morkoneng sudah habis belalangnya," katanya.
Tidak semua belalang ditangkap, hanya belalang hijau yang biasa ditemukan pada ladang padi dan kebun yang diambil untuk dijual. Keberadaan penangkap belalang ini sangat membantu petani, karena belalang adalah salah satu hama pengganggu tanaman padi. "Semalam bisa dapat 2.000 ekor belalang," ucap Ripin, yang dari jualan belalang pada musim penghujan kali ini bisa membeli sepeda motor bekas seharga Rp 7 juta.
Selain dalam bentuk mentah, belalang goreng pedas ala Desa Morkoneng juga dijual matang. Per bungkusnya dijual Rp 3.000. Haji Saluki, penikmat berat belalang goreng, menuturkan di Morkoneng kaum adam juga ahli memasak belalang.
Langka pertama, Saluki menjelaskan, belalang yang masih utuh dibuang betisnya yang berduri, bagian belakang ekor, sayap, dan kemudian buang isi perut dengan cara mematahkan kepalanya. Sekali masak minimal seratus ekor belalang dan minyak sebanyak seperempat liter.
Setelah itu, lanjut Saluki, belalang dibersihkan dengan air. Jangan terlalu lama agar teksturnya tidak lembek. Kemudian panaskan minyak goreng. Bumbunya sederhana, 1 siung bawang putih, 4 siuang bawang merah, garam, fetsin, dan cabai secukupnya kemudian diulek sampai halus.
Menurut Saluki, tanda belalang sudah matang adalah teksturnya menjadi renyah saat digigit. Baru kemudian bumbu dimasukkan dan diaduk hingga warnanya kecokelatan. "Butuh waktu satu jam," tutur dia. Warga Morkoneng percaya lauk belalang bisa meningkatkan stamina dan vitalitas pria. "Biasanya, kalau makan belalang ini tubuh jadi hangat, berkeringat."
Kebiasaan makam belalang ini kini menjalar ke desa lain, seperti Desa Dumajeh, Nong Sereng, Namera Laok, dan Namera Dejeh di Kecamatan Tanah Merah hingga Kecamatan Blega. "Bahkan, para TKI di Malaysia juga banyak yang minta dikirimi belalang goreng," kata Kepala Desa Morkoneng Ainul Yaqin.
MUSTHOFA BISRI