TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) menolak rencana Menteri Kelautan dan Perikanan untuk membatasi ekspor rumput laut. “Pasokan dan budidaya rumput laut masih banyak tersedia di dalam negeri, tapi serapannya masih rendah," kata Ketua Umum ARLI, Safari Azis di Menara Kadin, Jakarta, Rabu 17 Februari 2016.
Safari menyebut, luasnya sebaran usaha budidaya rumput laut baik di sepanjang pantai telah membuat Indonesia menjadi salah satu produsen utama rumput laut dunia. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan mencatat produksi rumput laut Indonesia pada tahun 2015 mencapai 10.335.000 ton basah atau setara 1.033.500 ton kering. Di sisi lain, serapan industri dalam negeri terhadap rumput laut baru mencapai 87.429 ton kering.
Pembatasan ekspor sebelum industri hilir siap, menurut Safari, sama saja dengan membuat petani rumput laut makin miskin. "Hilirisasi harus dimatangkan dulu, sekarang belum banyak pabriknya," kata dia.
Safari menyatakan, pengusaha sebenarnya mendukung hilirisasi. Saat ini, katanya, ada anggota ARLI yang segera membangun empat pabrik pengolahan rumput laut di Sulawesi Selatan. Nilai investasinya sekitar Rp 15 miliar per pabrik dengan kapasitas 500 ton tiap bulan.
Untuk memperbanyak inveatasi semacam ini, Safari meminta pemerintah memberi insentif, misalnya berupa keringanan pajak atau pinjaman dengan bunga rendah. "Siapkan dulu pabrik-pabrik untuk membuat produk hilir sebelum melarang ekspor bahan baku," katanya.
Selain itu, Safari juga meminta pemerintah untuk serius membenahi logistik. Ia mencontohkan, ongkos kirim rumput laut mentah dari Makassar ke pabrik pengolahan di Surabaya bisa sampai Rp 1.000 per kilogram, sedangkan produk yang sama dari Cina bisa didatangkan dengan ongkos kirim Rp350 per kilogram. "Ini masih perlu dibenahi," katanya.
Ekspor rumput laut Indonesia pada 2014/ tercatat sebanyak 200.706 ton di tahun. Angka itu naik jadi 206.305 ton di tahun 2015.
Sebelumnya, Meneri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mewacanakan pengurangan ekspor rumput laut mentah sebesar 10 persen pada tahun ini. Pengurangan akan dilanjutkan 25 persen lagi pada 2017 hingga sama sekali berhenti mengekspor rumput laut mentah pada 2020.
PINGIT ARIA