TEMPO.CO, Jakarta - Minat investasi di sektor peternakan sapi perah dianggap cukup tinggi. Badan Koordinasi Penanaman Modal akan mengawal rencana investasi yang sudah ada di sektor tersebut. "Minat investasi yang masuk cukup signifikan, selain itu pesannya cukup jelas, ini untuk memberdayakan serta meningkatkan kesejahteraan peternak sapi perah lokal," kata Kepala BKPM Franky Sibarani dalam keterangan tertulis, Senin, 1 Februari 2016.
Franky menyebutkan rencana investasi sektor peternakan sapi perah mencapai US$ 350 juta (sekitar Rp 4,7 triliun dengan kurs dolar Amerika Serikat Rp 13.500). Salah satu yang menjadi perhatian investor dalam rencana adalah regulasi impor dairy product, seperti susu, keju, dan lainnya yang terlalu terbuka.
Karena itu, kata Franky, perlu pengaturan impor bahan baku susu dan keju. Selanjutnya diimbangi dengan ketentuan untuk menyerap susu lokal sehingga lebih berpihak pada peternakan sapi perah yang mengelola produksi susu sapi lokal. "BKPM akan berkoordinasi dengan kementerian teknis terkait mengenai hal ini."
Franky berujar dua hal utama yang menjadi perhatian terkait dengan masih banyaknya susu bubuk impor dan keju adalah bea masuk yang rendah, serta tidak ada dampak pada kesejahteraan peternak sapi perah lokal. Sehingga dari sisi kemanfaatan, investasi sektor ini dapat lebih ditingkatkan lagi bila para penyedia susu dan keju impor tersebut juga menyerap susu dan keju yang diproduksi peternak sapi perah lokal.
Baca: Disomasi Yusril Ihza, Menteri Susi Dibentengi Anggota DPR
Dia menyampaikan bahwa investor yang ingin menanamkan modalnya ke Indonesia tersebut telah memiliki beberapa peternakan di Cina dan beberapa negara di Asia Tenggara. “Di Indonesia, rencananya akan dibangun tiga peternakan dalam tiga tahun dan lima peternakan dalam tujuh tahun,” kata Franky.
Dalam pertemuannya dengan Franky, investor tersebut juga menyampaikan kemanfaatan dengan adanya peningkatan 1,4 miliar liter dalam periode sepuluh tahun dan melibatkan kurang lebih 71 ribu peternak sapi perah lokal.
Data BKPM mencatat, untuk sektor peternakan, realisasi investasi pada 2015 mencapai Rp 1,3 triliun meningkat 28,7 persen dari 2014 yang mencapai Rp 1 triliun. Namun demikian sektor ini relatif masih kecil kontribusinya ke sektor pertanian yang menjadi prioritas karena hanya 3,3 persen dari total investasi sektor pertanian sebesar Rp 39,2 Triliun.
Sedangkan dari sisi komitmen investasi, BKPM pada 2015 telah mencatat masuknya komitmen sektor peternakan melalui izin prinsip sebesar Rp 5 triliun yang terdiri atas 74 proyek dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 4.033 tenaga kerja. Jumlah tersebut setara dengan 7 persen dari total komitmen pada sektor pertanian yang mencapai Rp 70 triliun.
AMIRULLAH