TEMPO.CO, Jakarta- Pengusaha sekaligus Pendiri Lippo Group, Mochtar Riady menyebut tiga orang paling berjasa dalam hidupnya. Yaitu ayah, guru dan istrinya. Menurut dia, ketiga orang tersebut banyak memberikan inspirasi bagi Mochtar dan sampai sekarang nasehat mereka itu ia pegang sebagai prinsip dalam hidupnya.
Mochtar bercerita, sejak kecil di tempat ia tinggal, Malang, Jawa Timur, ia sudah akrab dengan dunia judi lotre. Suatu ketika ia mendengar membeli lotre bisa membuatnya mendadak kaya. Lalu ia menggunakan tabungannya membeli kupon undian.
Namun Li A Pi, ayahnya menangkap basah Mochtar kecil yang sedang mencocokkan apakah nomor undiannya menang atau tidak. "Ayah saya marah besar, merebut kupon undian itu, merobeknya dan memukul saya tiga kali sambi berkata, ’Kalau mau jadi kaya harus dengan usaha keras, jangan menggantungkan nasib dalam perjudian’,” kata Mochtar Riady menirukan ucapan ayahnya, di Hotel Aryaduta, Jakarta Barat, Selasa 26 Januari 2016.
Mendengar perkataan ayahnya, membuat Mochtar tersadar, dan menjauhi perjudian. Selain itu, kata Mochtar, ayahnya adalah sosok yang bertanggung jawab. Sejak umur 9 tahun Mochtar sudah ditinggal ibunya, dan ayahnya memutuskan untuk tidak menikah lagi.
“Ayah selalu bercerita tentang 24 bakti anak terhadap orang tua dan 24 prinsip Master Dao Chu dalam mengelola keuangan. Begitu cara ayah membimbing kami agar kami menghayati benar budaya Tiongkok. Kalau dikatakan sekarang saya berhasil itu semua berkat bimbingan ayah saya,” kata Mochtar Riyadi.
Selain ayah, Mochtar juga dekat dengan gurunya di sekolah dasar yang ia panggil guru Luo Yi Tian. Mochtar berujar, dialah sosok yang menginspirasinya untuk terus membaca buku. Mochtar bercerita, suatu ketika ia pernah bertanya kepada gurunya, tentang kenapa ada perbedaan antara kaya dan miskin. Lalu guru Mochtar meminjamkan buku Ping Zong Ji Yu karya penulis Zhou Tao Fen dan ia juga mengatakan kepada Mochtar ketika besar nanti untuk membaca buku karangan Karl Marx.
“Di situlah saya memaknai segala benda yang ada di Bumi, hanya setelah dikelola oleh manusia, akan timbul kegunaan oleh manusia dan kegunaan ini dijual belikan menjadi barang dagangan, dan jumlahnya tergantung dengan berapa buruh yang dilibatkan. Karena itu arahnya agak komunis,” tutur Mochtar.
Iklan
Tak lepas dari buku Karl Marx, Mochtar juga terus memperluas pengetahuannya dengan membaca buku penulis aliran kapitalis, Adam Smith. “Yang paling pokok, Adam Smith mengatakan harga berapa, tetapi harganya ini ditentukan oleh demand and supply,” katanya. “Ini adalah teori yang diberitakan oleh dua orang besar itu. Saya bercerita tentang ini untuk memberi inspirasi kalau manusia harus perlu banyak baca."
Istri Mochtar Riady juga memiliki peranan penting dalam hidup Mochtar. Mochtar bercerita pada 1963 lalu ia mendapatkan emas batangan dari koleganya. Lalu ia menunjukkan emas itu kepada istrinya. “Di situ dia memberitahu saya, ‘kalau kamu menerima, berarti kamu menjual dirimu kepada orang lain. Itu akan membuatmu terikat, lalu gampang dikendalikan orang. Kita itu harus hidup bebas tanpa terikat dan harus bisa menghargai dan mencintau diri sendiri’,” kata Mochtar Riady menirukan ucapan istrinya.
Kisah orang-orang yang menginspirasi Mochtar Riady itu kemudian ia tulis dalam sebuah buku otobiografinya yang ia luncurkan hari ini. Mochtar berharap buku yang mengisahkan perjalanan hidupnya selama 87 tahun mulai dari penderitaan yang ia alami semasa kecil hingga menjadikannya konglomerat seperti sekarang dapat menginspirasi kaum muda untuk tidak mudah menyerah dalam menjalani hidup.
Dia mengungkapkan tiga tujuan buku otobiografi tersebut. Pertama, memberi inspirasi kepada semua orang untuk berani mengejar mimpinya. Kedua, terbiasa membaca buku. Lalu ketiga. tidak boleh terbelenggu dengan benda yang tidak sah. "Karena itu akan menjatuhkan kita,” ujar Mochtar.
DESTRIANITA KUSUMASTUTI