TEMPO.CO, Jakarta - Persatuan perusahaan pengembang Realestate Indonesia (REI) masih memasang target konservatif terhadap pembangunan rumah dengan fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) di 2016, setelah sepanjang 2015 belum mampu mencapai target yang ditetapkan.
Ketua Umum REI Eddy Hussy mengatakan untuk 2016 ini, REI masih memasang target yang sama dengan 2015 terhadap pembangunan rumah tapak dan vertikal FLPP. Di 2015, REI menargetkan pembangunan 247.725 hunian sederhana, terdiri dari 217.725 rumah sederhana tapak dan sisanya rumah susun sederhana milik (rusunami).
Menurut dia, target tersebut sudah disesuaikan dengan tingkat kebutuhan di daerah atau target yang ditetapkan perwakilan REI di masing-masing provinsi. Selain itu, REI juga masih bersikap awas terhadap kondisi perekonomian dalam negeri tahun ini, meski cukup optimis setelah pemerintah menunjukkan keseriusan dalam percepatan investasi infrastruktur.
“Kita yakin dengan penyerapan anggaran yang bagus dan berjalan dengan baik tentu akan mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah, sehingga membantu masyarakat itu punya lapangan pekerjaan dan punya uang untuk belanja,” katanya, Rabu, 6 Januari 2016.
Eddy mengatakan sepanjang 2015, realisasi pembangunan rumah FLPP baru mencapai sekitar 100 ribu unit. Meski begitu, menurut dia, REI tetap akan mengejar penyelesaian sejumlah unit di 2016.
Penyelesaian unit yang tersisa tersebut, menurut dia, tidak tercampur dengan target unit baru yang dibangun sepanjang 2016.
Adapun pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah meningkatkan anggaran subsidi pembangunan rumah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2016. Alokasi dana FLPP naik menjadi Rp 9,3 triliun dibandingkan pada 2015 sebesar Rp 5,1 triliun.
Direktur Jenderal Pembiayaan Perumahan Maurin Sitorus mengatakan kecepatan penyaluran FLPP akan tergantung pada pasokan rumah dari pengembang. Meski begitu, menurut dia, saat ini rata-rata pengembang di daerah sudah siap dan cukup bersemangat untuk memanfaatkan dana tersebut.
“Sekarang semua sudah siap, saya kunjungan ke berbagai daerah, pengembang sangat bersemangat. Bisa lah habis, yang penting developer bisa membangun sebanyak mungkin,” katanya.
Pemerintah juga sudah menyiapkan beragam aturan yang memungkinkan penggunaan dua skema subsidi sekaligus, yakni FLPP dan subsidi selisih bunga (SSB). Pemerintah sudah menyiapkan Rp 2,1 triliun untuk SSB 2016.
Dua skema tersebut memungkinkan masyarakat menikmati bunga pinjaman perumahan sebesar 5 persen selama 20 tahun. Pemerintah juga akan mengucurkan bantuan uang muka sebesar Rp 1,2 triliun, jauh lebih tinggi dari 2015 yang hanya Rp 220 miliar. Total subsidi pemerintah dengan demikian mencapai Rp 12,5 triliun.