TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo berharap permasalahan pasokan energi dengan percepatan pembangunan kilang segera terlaksana. Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto mengatakan Presiden ingin proyek empat pengembangan kapasitas kilang atau Refinery Development Master Plan (RDMP) dan pembangunan dua kilang baru benar-benar berjalan.
"Kami tadi juga laporkan bahwa yang RDMP Cilacap sudah ditandatangani awalnya," kata Dwi di kompleks Istana Kepresidenan, Kamis, 3 Desember 2015.
"Kemudian RDMP di Balikpapan segera setelah akhir Desember ini kita minta ditandatangani awalnya. Mengenai kilang baru di Tuban, insya Allah kita akan siap memperoleh partnernya di akhir Januari."
Total biaya investasi keempat RDMP dan dua kilang baru sekitar US$ 35-40 miliar. Keempat RDMP tersebut masing-masing berada di Cilacap dengan nilai investasi US$ 5,5 miliar, di Balikpapan senilai US$ 5,5 miliar, Balongan dan Dumai sekitar US$ 4-4,5 miliar. Sedangkan dua kilang baru tersebut berada di Tuban dan Bontang masing-masing US$ 10 miliar.
"Nanti yang RDMP dan kilang baru Tuban itu adalah join venture antara Pertamina dengan mitra. Itu kira-kira equity di 30-40 persen, sedangkan 60 persen kita akan pinjam," kata Dwi.
Pembangunan RDMP tersebut meningkatkan (up grade) dari kapasitas lama menjadi lebih baru dan menambah kompleksitas produksi sehingga lebih baik. Pembangunan RDMP, kata Dwi, dapat mengolah crude sehingga mendapatkan biaya lebih murah dan menaikkan kapasitas Pertamina dari 800 ribu menjadi 1,4 juta barel perhari.
Tak hanya itu dua kilang baru juga masing-masing menyumbang produksi 300 ribu barel per hari sehingga jika semua pembangunan RDMP dan kilang selesai, kapasitas produksi minyak Indonesia akan menjadi di atas 2 juta barel per hari.
ALI HIDAYAT